TEMPO.CO , Jakarta: Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, dinilai mengabaikan rekomendasi yang diberikan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada April 2013, Itjen Kemendikbud memberi masukkan yang menyatakan kurikulum 2013 belum siap dan perlu diitunda.
"Saya mengatakan waktu itu kurikulum 2013 belum bisa dilaksanakan," kata Inspektur Jenderal Kemendikbud, Haryono Umar, kepada Tempo di kantornya pada Jumat, 12 Desember 2014. (Baca: Ngotot Kurikulum 2013, Pejabat Ingin Temui Anies)
Alasan terkuat rekomendasi itu, Haryono melanjutkan, adalah ketidaksiapan anggaran. "Waktu itu belum ada alokasi anggaran untuk kurikulum 2013."
Satu bulan setelahnya, Itjen Kemendikbud mengeluarkan kajian berisi analisis resiko jika kurikulum 2013 tetap dilaksanakan.
Analisis resiko itu, kata Haryono, meliputi anggaran, pencetakan buku pelajaran, pelatihan guru, dan infrastruktur.
Dalam pembahasan anggaran kurikulum 2013 di DPR, kata Haryono, hanya Itjen yang menjadi satu-satunya bagian dari Kemendikbud yang menolak pelaksanaan kurikulum 2013.
Satu tahun setelah kurikulum 2013 dijalankan, pada Agustus 2014 Itjen Kemendikbud mengeluarkan hasil audit. Tim audit menemukan beberapa kekurangan pada 2013. "Yang terjadi pada kurikulum 2013 sesuai dengan hasil kajian kami pada awal 2013," kata dia.
Pada Mei 2013, Komisi X DPR menyepakati perubahan anggaran untuk kurikulum 2013 sebesar Rp829,42 miliar. Pemerintah semula berencana menerapkan kurikulum pendidikan 2013 pada tahun ajaran 2013/2014.
Anggaran kurikulum 2013 senilai Rp 2,491 triliun terdiri dari anggaran melekat Rp 1,740 triliun (69,9 persen) dan anggaran tambahan Rp 751,4 miliar (30,1 persen).
Anggaran melekat bersumber dari APBN senilai Rp 991,8 miliar dan dari dana alokasi khusus sebesar Rp 748,5 miliar. Dana itu digunakan untuk pelatihan guru dan pengadaan buku untuk siswa dan guru.
Penggunaan anggaran terbesar adalah untuk penggandaan buku sebanyak 72,8 juta eksemplar, yakni Rp 1,2 triliun, dan pelatihan guru Rp 1,09 triliun. Harga satuan buku, termasuk untuk pencetakan dan pengiriman untuk jenjang SD, sekitar Rp 7.000-8.000. Sedangkan untuk SMP dan SMA Rp 17-20 ribu.
PAMELA SARNIA
Terpopuler
Pemred Jakarta Post Jadi Tersangka Penistaan Agama
Benarkah Hitler Sesungguhnya Hidup di Sumbawa?
Munir Dibunuh karena Sejumlah Motif, Apa Saja?
Jay Subiakto Kecewa pada Jokowi, Untung Ada Susi
Bertemu, SBY Nasihati Prabowo