TEMPO.CO, Malang - Sebanyak 240 orang jemaah umrah asal Indonesia tertahan di Bandar Udara Internasional Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand, sejak Kamis pekan lalu sampai hari ini, Senin, 15 Desember 2014.
Menurut Lookh Mahfudz, bekas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Malang yang ikut dalam rombongan, anggota jemaah diangkut tiga perusahaan penyelenggara wisata haji dan umrah, yakni PT Sanabil Madinah Barakah (Bandung), PT Mustaqbal (Cirebon), dan PT Baburrahman (Jakarta), masing-masing sebanyak 110, 85, dan 45 orang. Dari 110 anggota jamaah umrah yang dibawa PT Sanabil Madinah Barakah, 35 orang di antaranya berasal dari Kota Malang.
Baca Juga:
Seluruh anggota jemaah diangkut oleh Business Air, maskapai penerbangan swasta Thailand yang berdiri sejak 2008 dan berkantor pusat di Klongtoey-Nua, Wattana, Bangkok. "Selama ini tidak ada masalah, karena PT Sanabil Madinah Barakah sudah bekerja sama dengan Business Air selama dua tahun. Ko sekarang tiba-tiba Business Air tidak boleh terbang dan kami jadi korbannya," kata Lookh Mahfudz, yang menghubungi Tempo lewat pesan pendek dan surat elektronik.
Ketua Partai Amanat Nasional Kota Malang itu menceritakan, mereka diberangkatkan dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Kamis, 11 Desember 2014, pukul 04.00 WIB dan mendarat di Bangkok pukul 06.30 waktu Thailand.
Seharusnya, kata Lookh, jemaah melanjutkan penerbangan dengan maskapai yang sama ke Jeddah, Arab Saudi, dua jam setelah transit. Namun jemaah harus tetap tinggal di bandar udara sampai sore tanpa makan siang. Setelah mendapat protes dari jamaah, staf Business Air di Bandar Udara Internasional Suvarnabhumi memberikan pisang dan air mineral.
Akhirnya diputuskan seluruh anggota jamaah umrah dipindahkan ke hotel sampai ada keputusan pasti pemberangkatan. Satu, dua hari ditunggu, tiada kepastian pemberangkatan dari Business Air. (Baca berita lainnya: Ditipu Kiai, Jemaah Umrah Tuntut Uangnya Kembali)
Ada tiga opsi yang ditawarkan Business Air. Pertama, memberangkatkan jemaah secara bertahap dengan maskapai penerbangan lain atas biaya Business Air. Kedua, pemberangkatan menyeluruh bila pesawat tersedia. Ketiga, menunggu sampai hari Senin ini karena pihak Business Air akan menghadap otorita Bandar Udara Internasional Suvarnabhumi untuk meminta izin pemberangkatan jamaah umrah yang tertahan.
Bila opsi pertama diterima, maka ada anggota jemaah yang diterbangkan ke Dubai, Uni Emirat Arab, Qatar, dan lain-lain, sesuai dengan maskapai yang membawa. Opsi ini ditolak tiga perusahaan penyelenggara umrah lantaran mayoritas anggota jemaah sudah uzur ditambah keterbatasan tour leader. "Kalau tawaran itu diterima, dimungkinkan muncul problem baru, khususnya terkait dengan keselamatan mereka selama perjalanan dan saat mereka transit," kata Lookh.
Di hari ketiga, jemaah kian cemas lantaran mereka tak mendapat kejelasan pemberangkatan sehingga wakil tiga perusahaan penyelenggara umrah memutuskan untuk melaporkan kejadian yang mereka alami ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bangkok. (Baca: Kepala BNPB Bantah Menipu Jemaah Umrah)
Perusahaan penyelenggara umrah berusaha maksimal, mulai menemui KBRI Bangkok sampai bertemu langsung dengan pemilik Business Air. Namun mereka tidak puas, karena pihak maskapai tidak berani memberikan garansi atau kepastian pemberangkatan. KBRI Bangkok hanya memberikan saran untuk bersabar tanpa upaya maksimal. Padahal, sebagai warga negara Indonesia yang sedang mengalami kesulitan di negara lain, mereka sangat berharap KBRI melindungi mereka.
"Pihak KBRI tak bisa memberikan solusi kecuali saran saja. Hari Jumat, kami mengunjungi KBRI, saat itu ditemui oleh Ibu Santi. Beliau bersedia hadir menemui jamaah di hotel, tapi sampai hari ini tidak muncul," kata Look. (Lihat pula: Jemaah Umrah Asal Lumajang Suspect MERS)
Hingga Senin ini, jamaah belum bisa diterbangkan seperti yang diusahakan Business Air. Dari berbagai keterangan yang didapat Lookh, perusahaan penyelenggara umrah, KBRI Bangkok, serta Business Air, disinyalir tertahannya jemaah umrah merupakan dampak persaingan bisnis dan politik antara Business Air dan Jet Asia. Salah seorang komisaris Jet Asia adalah jenderal dari rezim yang berkuasa sekarang.
ABDI PURMONO
Berita Terpopuler:
Susi: Jangankan Cina, Amerika pun Kita Lawan
Kontras Ancam Laporkan Jokowi ke PBB
Kata KPK Soal Transaksi Mencurigakan Kasus BJB
Buat Film Porno di Gereja, Mengaku 'Malaikat'
Sebab Rupiah Jadi Mata Uang 'Sampah'