Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mbah Rono: Lereng Subur Daerah 'Favorit' Bencana  

Editor

Elik Susanto

image-gnews
picasaweb.google.com
picasaweb.google.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono, mengatakan Banjarnegara termasuk kategori daerah merah. Artinya, kawasan tersebut rawan longsor. Pemerintah, menurut Mbah Rono, seharusnya sudah bisa mengantisipasi longsor di kawasan tersebut. "Sebab, pada 2006, tidak jauh dari lokasi sekarang, pernah longsor," kata Surono saat dihubungi pada Ahad, 14 Desember 2014.

Tanah longsor di Banjarnegara terjadi pada Jumat pukul 18.00 WIB. Ada 54 rumah yang tertimbun tanah. Banyaknya korban dalam insiden ini lantaran hujan amat deras sehingga warga memilih berdiam di rumah saat peristiwa itu. Lokasi tanah longsor Banjarnegara merupakan tanah yang subur.

Surono menuturkan kawasan subur di lereng merupakan lokasi "favorit" longsor. Sebab, tanahnya mudah diolah dan cenderung gembur. Surono mengatakan sebuah daerah yang sudah dicap masuk kawasan rawan longsor akan selamanya seperti itu. Bahkan jika ditanami pohon yang banyak pun tidak akan mengubah status. "Hanya memperlambat longsor," ujarnya.

Surono mewanti-wanti kepada pemerintah untuk mengikuti peta sebaran lokasi rawan longsor yang disusun oleh tim lintas bidang dalam menyusun rencana tata ruang wilayah. Minimal, kata Surono, menjauhkan permukiman dari kawasan rawan longsor. (Baca: Lembaga Swadaya Bantu Korban Longsor Banjanegara) 

"Saya sampai bosan mengemis agar penataan ruang hendaknya memperhatikan perlindungan masyarakat terhadap ancaman bencana," kata Surono sembari berharap pemerintah segera memikirkan nasib warga yang masih tinggal di lokasi rawan longsor.

Berdasarkan catatan Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Solo, Banjarnegara termasuk subdaerah aliran sungai paling berpotensi longsor. Di Jawa Tengah, selain Banjarnegara, Karanganyar dan Purworejo termasuk daerah merah. (Baca: Korban Tewas ke-42 di Banjarnegara Ditemukan)

Potensi longsor bisa dilihat dari kondisi lokasi. Semakin tinggi kandungan liat maka kian meningkat potensi longsornya. Selain faktor kemiringan lereng, daerah longsor juga dipengaruhi oleh kedalaman regolit, adanya sesar, serta tingginya curah hujan.

SYAILENDRA

Terpopuler
Prabowo Disebut Pernah ke Kantor Gubernur Fahrurrozi
Ini Kegiatan Jokowi di Lokasi Longsor Banjarnegara
Indonesia Dukung Cina Permalukan Amerika Serikat
Prabowo Rajai Percakapan di Twitter 2014
Rupiah Masuk Lima Besar Mata Uang Tak Dihargai

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan


BPTKPDAS (Surakarta, 06/08/2014)_Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS) Solo Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara berencana melakukan sosialisasi mitigasi tanah longsor, pertengahan bulan Oktober, dengan daerah target adalah wilayah  Kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya.  Peneliti yang akan menjadi narasumber adalah Ir. Benny Haryadi dan Tim. Sosialisasi didasarkan atas hasil penelitian yang dilakukan di Jawa Tengah selama enam tahun yakni sejak tahun 2007 – 2013.



Bagaimana teknik identifikasi daerah yang berpotensi longsor akan disosialisasikan secara jelas dan praktis, dengan harapan  masyarakat akan mudah mengenali serta mengantisipasi sehingga  tidak terjadi korban jiwa yang tidak perlu.  Selain itu juga memberi informasi kepada masyarakat untuk mengenal daerah berpotensi longsor dan beradaptasi dengan bencana longsor. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah memberi peringatan dini dengan memasang berbagai alat, antara lain: extensometer, penakar hujan ombrometer, dan mengenalkan berbagai macam tanaman yang tahan longsor.



Bencana tanah longsor belakangan ini khususnya di Jawa Tengah terus meningkat intensitas dan sebarannya. Kejadian tanah longsor tersebut terjadi jika tahanan geser massa tanah atau batuan lebih kecil dari tekanan geser pada sepanjang bidang longsoran yang disebabkan oleh adanya peningkatan kejenuhan air tanah saat musim penghujan.  BPTKPDAS Solo telah melakukan serangkaian penelitian pada wilayah berpotensi longsor di Kabupaten Purworejo, Banjarnegara, dan Karanganyar di Provinsi Jawa Tengah.



Metode pengamatan longsor  mencatat beberapa parameter penyebab longsor, antara lain: kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah, regolith tanah, sesar, kepadatan penduduk.  Hasil pengamatan daerah yang berpotensi longsor berurutan dari sub Daerah Aliran Sungai (DAS) terberat: (1) Banjarnegara di sub DAS Merawu (12 cm), (2) Purworejo di sub DAS Gesing (8 cm), dan (3) Karanganyar di sub DAS Mungkung-Grompol (0 cm). Semakin tinggi kandungan liat maka semakin meningkat potensi longsornya, selain faktor kemiringan lereng, kedalaman regolit, adanya sesar, dan tingginya curah hujan



Mitigasi daerah berpotensi longsor dilakukan dengan cara : teknik identifikasi daerah  yang berpotensi rawan longsor pada satuan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdiri dari faktor alami dan faktor manajemen.  Faktor alami dengan mencatat kondisi biofisik lahan yang berpengaruh terjadinya longsor, antara lain: hujan harian kumulatif, kemiringan lereng, keberadaan sesar, kedalaman regolit. Untuk mengidentifikasi daerah yang berpotensi longsor diperlukan beberapa analisis biofisik dan kimia tanah, yaitu: kemiringan lereng > 45%, tekstur tanah liat yang kembang-kerut (vertic), bobot isi tanah yang tinggi > 1,2 g/cm3, kemasaman rendah < 5,5, lahan kurang subur/tandus.



Selanjutnya Benny menyarankan untuk instansi terkait terutama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), agar melakukan antara lain : pemetaan daerah rawan longsor karena sifatnya yang dinamis.  Updating data harus sering dilakuakuan dan segera diinformasikan ke masyarakat untuk meminamalisir korban jiwa jika terjadi longsor. Rangkain yang tidak boleh dilupakan adalah dimulai dari pemetaan, penyelidikan, pemeriksaan, pemantauan, lalu  dilanjutkan dengan sosialisasi kepada masyarakat disekitar wilayah yang berpotensi longsor.*** (NS)



Sumber : Ir. Benny Harjadi, M.Sc

- See more at: http://www.forda-mof.org/index.php/berita/post/1782#sthash.ztanCUwG.dpuf

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

7 Maret 2022

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang berhasil menciptakan alat pemantau longsor. Foto : UNNES
Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menciptakan alat pemantau longsor. Alat tersebut sudah dipasang di Banjarnegara.


Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

20 November 2021

Sejumlah warga menyaksikan jalan raya yang ambles di lokasi bencana longsor di Desa Clapar, Madukara, Banjarnegara, Jateng, 30 Maret 2016.  Berdasarkan pantauan BPBD, longsoran diperkirakan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah dan dikhawatirkan akan semakin meluas. ANTARA/Anis Efizudin
Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

Longsor Banjarnegara pada Jumat malam menimpa dua rumah warga.


Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

2 November 2019

Ilustrasi longsor. shutterstock.com
Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

Longsor ini menyebabkan dua rumah tertimbun dan satu orang meninggal.


Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

2 November 2019

Ilustrasi longsor. shutterstock.com
Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

Retakan tanah tersebut berlokasi di sebelah timur rumah yang kemudian tertimbun longsor.


Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

25 September 2016

TEMPO/Budi Purwanto
Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

Rumah itu tertimpa reruntuhan tanah dan menewaskan satu orang dan delapan anggota keluarga lainnya luka-luka.


3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

19 Juni 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

Ketiga korban sedang membersihkan longsor saat terjadi
longsor susulan.


Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

19 Juni 2016

ANTARA/Agus Bebeng
Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

Korban meninggal di Grumbul Wanarata disebabkan tertimbun material longsor susulan saat sedang bekerja bakti menyingkirkan longsoran.


Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

19 Juni 2016

Warga bersama relawan bergotong royong membuat saluran air di lokasi bencana longsor dan tanah bergerak di Desa Clapar, Madukara, Banjarnegara, Jateng, 31 Maret 2016. Sedikitnya 21 rumah roboh, serta ratusan lainnya  terancam roboh. ANTARA/Anis Efizudin
Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

Enam orang yang meninggal sudah dievakuasi, sementara satu korban masih dalam pencarian.


Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

13 April 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

Potensi longsor masih ada apabila curah hujan tinggi.


Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

31 Maret 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

Longsoran diperkiraan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah. Sedang lebar longsoran 100 -200 meter.