TEMPO.CO, Sydney - Aksi teror yang terjadi di Lindt Chocolat Cafe, Sydney Australia, Senin pagi, 15 Desember 2014, menjadi pusat perhatian masyarakat Australia. Teror yang diikuti penyanderaan sekitar 20 orang yang terdiri atas pramusaji dan pengunjung itu langsung dikaitkan dengan aksi terorisme internasional yang dilakukan jaringan teroris Islamic State (ISIS). (Baca: Analisis Bendera 'ISIS' dalam Teror di Kafe Sydney)
Ketakutan Australia terhadap jaringan terorisme Timur Tengah itu berkembang dalam dua pekan terakhir. Ketakutan terhadap ISIS dipertegas dengan meningkatnya pengamanan di sekitar Gedung Parlemen Australia. Berikut ini alasan kenapa ISIS menjadi sesuatu yang menakutkan bagi warga Australia.
1. Bertambahnya Pengikut ISIS
Perdana Menteri Australia Tony Abbott beberapa waktu lalu mengumumkan pemerintah telah membatalkan penerbitan paspor untuk 60 warga Australia yang akan berjuang untuk ISIS di Timur Tengah. Selain yang sudah dibatalkan, saat ini ada 60 warga Australia lainnya sudah berada di Timur Tengah. Mereka tergabung dalam kelompok Jabhat al-Nursa, yang merupakan salah satu jaringan ISIS. (Baca: Tak Ada WNI Jadi Sandera di Lindt Cafe Sydney)
Sedangkan 20 orang lainnya telah kembali dari pertempuran di Irak dan Suriah. Abbot juga menyebutkan, selain yang pergi ke luar negeri, juga ada 100 warga Australia yang tercatat terlibat dalam memberikan pendanaan dan dukungan untuk kelompok ISIS. "Ini adalah angka yang cukup signifikan. Sebab, seperti yang kita lihat, hanya butuh waktu sebentar bagi 1-2 orang untuk melakukan aksi teror yang brutal,” ucap Abbot. (Baca: Tiga Kasus Penyanderaan Tersadis)
2. Teridentifikasinya Tenaga Rekrutmen Lokal
Baru-baru ini pemerintah Australia mengungkap identitas seorang warga Australia yang tercatat sebagai perekrut calon pejuang ISIS di Australia. Dia adalah Mohammad Ali Baryalei, 33 tahun. Baryalei lahir di Afganistan dan pindah ke Australia pada usia 7 tahun. (Baca: Teror Sydney, PM Abbott Yakinkan Warga Australia)
Berdasarkan laporan media lokal, pada waktu muda hubungan Baryalei dengan ayahnya tak berjalan harmonis. Baryalei pernah larut dalam kehidupan malam sampai akhirnya terlibat dalam jaringan Islam radikal. Setelah itu Baryalei aktif dalam menyebarkan paham jihad melalui media sosial dan YouTube, serta merekrut sejumlah pemuda Australia. (Baca: Penyanderaan di Sydney, Jalan dan Stasiun Ditutup)
Pada April 2013, Baryalei melakukan perjalanan ke Timur Tengah dan ikut berperang bersama kelompok al-Qaeda, Jabhat al-Nursa. Setelah itu ia bergabung dengan jaringan teroris Islamic State (ISIS). (Baca: Teror di Sydney, Sandera Histeris dan Menangis)
3. Kematian Dua Pemuda Australia di Suriah
Pemerintah Australia pertama kali mengeluarkan peringatan bagi warganya untuk bepergian ke Suriah pada awal tahun ini. Peringatan itu dikeluarkan setelah beredarnya foto kematian dua warga Australia yang tengah berada di Suriah, yaitu Tyler Casey, 22 tahun, dan istrinya, Amira Karroum, 22 tahun. Mereka terbunuh di Aleppo, Suriah, awal Januari lalu. Keduanya kemudian terdeteksi terlibat dalam jaringan ISIS yang direkrut Baryalei. (Baca: Pria Bersenjata Sandera Pengunjung Kafe di Sydney)
4. Propaganda Media Sosial
Dua warga negara Australia, Khaled Sharrouf dan petinju Mohamed Elomar, belakangan aktif mengkampanyekan propaganda gerakan ISIS di media sosial Australia. Selain memuat grafis, mereka juga menampilkan gambar-gambar yang mengejutkan terkait dengan gerakan ISIS. Keduanya mengunggah gambar senjata, mayat-mayat, dan kepala yang terpenggal. Propaganda yang paling mengejutkan ketika Sharrouf mengunggah foto anaknya yang tengah memegang kepala terpenggal.
Selanjutnya: Peningkatan Status Teror dan Pasukan