TEMPO.CO, Malang - Aktivis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Pro-Mega (Promeg) Jawa Timur menilai pengaruh dan karisma Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputriputri masih kuat mengakar di kalangan kader partai. Putri Bung Karno itu dianggap sebagai tokoh perekat yang mengamalkan ajaran Marhaenisme Bung Karno. "Ideologi ajaran Bung Karno melekat bersama Mbak Mega," kata Koordinator Promeg Jawa Timur, Bido Swasono, saat dihubungi, Selasa, 16 Desember 2014.
Karena itu, menurut Bido, Mega masih dianggap layak memimpin partai. Bido tidak mempercayai hasil survei Cyrus Network pada 1-7 Desember 2014 yang menyebutkan Presiden Joko Widodo paling layak menggantikan Mega sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan.
Hasil survei itu juga menyebutkan Mega berada di urutan ketiga dalam daftar ketua umum partai banteng terlayak, di bawah Puan Maharani. "Hasil survei sudah tak bisa dipercaya. Survei dibuat untuk kepentingan kelompok tertentu," kata Bido. (Baca berita terkait: 'Jokowi Lebih Pantas Pimpin PDIP Dibanding Mega' )
Bila selama ini kaderisasi di PDI Perjuangan dianggap lemah, ujar Bido, itu bukan kesalahan Mega, tapi lebih disebabkan oleh kader-kader di sekitar Mega. Jika kader di sekeliling Mega kuat, kaderisasi di daerah dipastikan berhasil. "Sekarang ini banyak kader yang melenceng dan tidak menerapkan ajaran Bung Karno," kata Bido.
Menurut Bido, trah Sukarno masih harus memegang kendali di PDI Perjuangan. Selain Mega, kata dia, belum ada keturunan Sukarno yang mampu mengawal ajaran Presiden Indonesia pertama itu. Adapun anak-anak Mega, Muhammad Prananda Prabowo dan Puan, belum menunjukkan prestasi yang gemilang. "Bahaya jika PDI Perjuangan lepas dari trah Sukarno," katanya. (Baca: Survei Cyrus: Saatnya Mega dan Ical Lengser )
Dalam soal pengaruh, kata Bido, Mega dinilai masih lebih kuat ketimbang Jokowi. Sebab, bekas Gubernur DKI Jakarta itu belum bisa mengerek keterpilihan partai berlambang kepala banteng tersebut. Terbukti, saat Jokowi diusung sebagai calon presiden sebelum pemilu legislatif, suara PDI Perjuangan tidak bergerak jauh dari hasil pemilihan legislatif pada periode sebelumnya.
"Hasil pemilihan legislatif membuktikan bahwa hubungan emosional kader partai dengan Mega masih kuat," kata Bido. (Simak pula: Ke Sebatik, Jokowi Cek Perbatasan INA-Malaysia )
Jokowi, menurut Bido, tidak mengamalkan Trisakti setelah menjadi Presiden. Alasannya, Jokowi justru mengajak investor masuk ke Indonesia, sehingga negara tidak berdiri di kaki sendiri untuk mengolah sumber kekayaan alam. Bido yakin survei Cyrus tersebut melibatkan kepentingan asing. "Ada kepentingan investor, kapitalis," katanya.
EKO WIDIANTO
Berita Terpopuler:
Begini Akhir Teror Penyanderaan di Australia
Rini Soemarno Mau Jual Gedung BUMN ke Ahok
Dua Sandera Tewas, Korban Teror di Australia
Teror di Sydney, #illridewithyou Cegah Benci Islam