Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tukang Batu ala Rosalyn Citta Paramitha  

image-gnews
Rosalyn Citta Paramitha, kolektor batu - batuan asal Indonesia diantaranya seperti permata alam dan gemston, 24 November 2014. TEMPO/Frannoto
Rosalyn Citta Paramitha, kolektor batu - batuan asal Indonesia diantaranya seperti permata alam dan gemston, 24 November 2014. TEMPO/Frannoto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Rak berisi sejumlah kotak seukuran kotak korek api itu menempati sudut ruang lantai tiga kantor tanpa papan nama di Jalan Jambu Nomor 54, Menteng, Jakarta Pusat. Rosalyn Citta Paramitha, pemilik kantor itu, membuka beberapa di antaranya. Isinya batu alam, sudah dipotong dan dibentuk. (Baca: Gelang Intel Pesaing Apple Watch)

Di antara batu-batu itu, ada batu pancawarna, ada pula yang berbentuk mirip topeng Papua. “Ini batu dari Sumatera, kayak ujung stalaktit,” kata Citta saat ditemui di kantornya pada Senin akhir November lalu. Ia juga menunjukkan tiga batu berbuku-buku seperti cacing.

Citta datang dari keluarga pencinta batu. Ayahnya, dokter gigi di Jakarta, gemar mengoleksi batu alam Nusantara. Kakeknya juga pemburu batu alam dari berbagai belahan dunia. Lantaran hidupnya selalu dikelilingi oleh batu alam, Citta akhirnya tertarik untuk memahami batu dengan beragam corak itu. (Baca: Festival Mutumanikam Nusantara Indonesia Digelar)

Meski kini perempuan yang lahir di Jakarta pada 19 Oktober 1987 itu fasih berbicara soal batu alam, ia mengaku tak pernah belajar secara formal tentang seluk-beluk batu tersebut. “Benar-benar hanya dari dengerin orang ngobrol saja,” ujarnya.

Ketertarikannya terhadap batu pun bukan dimulai sejak kecil. Seperti kebanyakan anak-anak sepantaran, Citta lebih menyukai buku komik. Bahkan tak jarang ia membuat sendiri buku komik dengan meniru komik asal Jepang, seperti Marry Chan dan Sailor Moon. “Bikinnya waktu jam pelajaran,” katanya. (Baca: Bila Maling Tak Lagi Kompak)

Hanya, hobi menggambarnya itu tak ia lanjutkan saat kuliah. Walau tak jauh-jauh dari urusan coret-mencoret, Citta memilih bidang desain busana di Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura. Setelah tamat, ia melanjutkan mengambil master di bidang yang sama di Instituto Marangoni, Milan, Italia.

Di Italia, Citta banyak menimba ilmu soal fashion. Bukan sekadar soal cara merancang busana, tapi juga belajar bahwa fashion itu lebih menjurus ke bisnis. “Seratus persen bisnis. Ini bukan bidang yang saya harapkan,” ucapnya. “Saya ingin membuat karya seni dan cari media yang bisa saya tangani sendiri.” (Baca: Bertabur Gaya di Karpet Merah)

Maka, sejak 2010, berkat dukungan sang ayah, Citta memutuskan membangun bisnis perhiasan. Ia menggeluti batuan Design Essentials yang menyediakan batu-batu alam untuk perhiasan atau koleksi. Namun ketertarikan sesungguhnya adalah pada perancangan perhiasan di bawah bendera Rosalyncitta.

Selain itu, obsesi utamanya adalah ingin karyanya dikenal dunia. Pada 2012, di Milan, mimpinya itu menemui jalan. Ia pun mengikuti Vogue Talents Corner yang diselenggarakan majalah Vogue. Lantaran tak memiliki label busana, ia menggandeng rekan semasa kuliahnya di Milan asal Cina yang memiliki label busana Ricostru. “Gayanya minimalis dan clean-cut. Cocok dengan saya,” kata Citta. (Baca: Pesona Bintang di Karpet Merah Golden Globe)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah tampil di Vogue Talents Corner, karyanya melanglang buana, termasuk di Jepang. Sedangkan di Tanah Air, karya Citta turut memeriahkan Jakarta Fashion Week dan pameran perhiasan Mutu Manikam di Jakarta pada akhir November lalu.

Uniknya, meski banyak mendesain perhiasan, Citta menolak disebut sebagai desainer. “Lebih tepat tukang,” ujarnya. Alasannya, hampir semua rancangan perhiasannya dibuat sendiri, seperti mengebor dan menghaluskan. “Sekitar 60 persen setiap piece harus melewati tangan saya,” kata Citta, yang menyebut setiap karyanya dengan piece lantaran tak dibuat massal.

Salah satu ciri karya Citta adalah perhiasan dari tembaga yang dibiarkan teroksidasi. Akan tampak pola tak rata di setiap karyanya, yang seakan berkarat. Selain itu, hampir tak pernah ada sambungan dalam setiap perhiasannya. “Karena saya suka infinity,” ucap Citta. (Baca: Perhiasan Imitasi Sebabkan Alergi Kulit)

KURNIAWAN | HP

Terpopuler
Heboh Miss World 2014, Siapa Juaranya?
Posisi BAB Terbaik, Jongkok atau Duduk?
Orang Indonesia Hanya Lahap Satu Buku Per Tahun
Gaya Tie Dye Shibori Jepang dalam Stola dan Scarf
Jelang Perayaan Natal, Cemara Hias Laris Manis

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

7 hari lalu

Pegiat industri fashion di Yogyakarta mengikuti event  Ramadhan Runway 2024 yang digagas Indonesia Fashion Chamber di Yogyakarta 15-24 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.


Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

24 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.


IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

51 hari lalu

Revolusi Fashion Lokal dalam Indonesia Fashion Ecosystem Summit  (IDFES 2024)
IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.


Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

53 hari lalu

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

Anies Baswedan kembali tampil konsisten dengan gaya formal hingga debat capres kelima yang diadakan KPU. Pengamat mode kaitkan dengan kode.


Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

53 hari lalu

Pasangan Capres-Cawapres no urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), tampil paling formal pada debat capres kelima.


Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

53 hari lalu

Pasangan Capres-Cawapres no urut 03,  Ganjar Pranowo-Mahfud MD tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

Ganjar Pranowo dan Mahfud Md memutuskan untuk mengenakan jaket universitas alias jaket varsity dalam debat capres kelima.


Prabowo-Gibran Tampil dengan Nuansa Biru di Debat Kelima

53 hari lalu

Pasangan Capres-Cawapres no urut 02, Prabowo-Gibran tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Prabowo-Gibran Tampil dengan Nuansa Biru di Debat Kelima

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024 tampil dalam balutan warna biru langit dan putih ketika menghadiri debat capres kelima


Bertaburan Brand, Sudut Utara Kota Yogyakarta Ini Tumbuh Jadi Pusat Fashion Modern

54 hari lalu

Aktivitas perbelanjaan di sebuah gerai fashion Jalan C Simanjuntak Kota Yogyakarta pada akhir pekan Sabtu (3/2). Tempo/Pribadi Wicaksono
Bertaburan Brand, Sudut Utara Kota Yogyakarta Ini Tumbuh Jadi Pusat Fashion Modern

Jika Malioboro punya Pasar Beringharjo untuk belanja batik, kawasan utara Kota Yogyakarta ini punya Jalan C. Simanjuntak ini untuk fashion modern.


Yogyakarta Ditarget Jadi Pusat Fashion Dunia pada 2028, Desainer Siapkan Strategi

24 Januari 2024

Pegiat fashion Yogyakarta mengikuti perhelatan  fashion show Spotlight Culture: Then And Now di Pos Bloc Pasar Baru Jakarta, Sabtu (18/11/2023). Dok.istimewa
Yogyakarta Ditarget Jadi Pusat Fashion Dunia pada 2028, Desainer Siapkan Strategi

Berbagai upaya digenjot Pemerintah DIY salah satunya melalui gelaran Jogja Fashion Week sebagai ruang berbagi ilmu dan berekspresi.


Mengenal Pengertian Ekonomi Kreatif, Ciri, Jenis, dan Manfaatnya

23 Januari 2024

Jelaskan pengertian ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif adalah perkembangan konsep ekonomi yang berasal dari kreativitas individu. Ini informasinya. Foto: Canva
Mengenal Pengertian Ekonomi Kreatif, Ciri, Jenis, dan Manfaatnya

Jelaskan pengertian ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif adalah perkembangan konsep ekonomi yang berasal dari kreativitas individu. Ini informasinya.