TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute for Development Economy and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, mengatakan insiden penyanderaan yang terjadi di Sydney, Australia, dapat membawa dampak ke Indonesia. (Baca: Jejak Haron Monis Sebelum Beraksi di Sydney)
"Yang pasti, ada bom dan tidak, di Sydney memang sedang mengalami gejolak. Cina dan India juga terjadi perlambatan ekonomi. Thailand juga gejolak di dalam negerinya," ujar Enny saat dihubungi Tempo, Selasa, 16 Desember 2014.
Apalagi, kata Enny, bila Indonesia segera merealisasikan kemudahan perizinan dan birokrasi yang digadang oleh pemerintah Presiden Joko Widodo terhadap industri, hal tersebut merupakan peluang bagi investasi di Indonesia. (Baca: Indonesia Kecam Penyanderaan di Sydney)
"Sebab, stabilitas politik dan keamanan hal yang utama bagi investasi. Kalau ada persoalan itu, investor mulai berhitung," katanya. Meskipun, Enny berujar, Indonesia tidak dapat lepas dari masalah perpolitikan, dampaknya tak besar dan hanya riak-riak kecil.
Portal News.com.au melansir insiden penyanderaan di Kafe Lindt Chocolate, Martin Place, Sydney, Australia. Martin Place, Senin kemarin, merupakan wilayah penting bagi perekonomian Australia. Di sana merupakan perkantoran bank papan atas, seperti Bank of Australia, Westpac Bank, dan kantor pusat Commonwealth. (Baca: Polisi: Pelaku Teror di Australia Bekerja Sendiri)
Dua korban tewas dan tiga lainnya terluka saat berakhirnya teror penyanderaan di Kafe Lindt. Seperti dikutip dari situs ABC, korban berjatuhan setelah terjadi aksi saling tembak antara polisi dan pelaku penyanderaan, Man Haron Monis. Drama teror penyanderaan di Australia yang berlangsung selama 16 jam itu pun berakhir pada Selasa dinihari, 16 Desember 2014.
TRI SUSANTO SETIAWAN
Terpopuler
Kesaksian WNI Soal Detik-Detik Teror di Australia
8 Alasan Teror di Australia Terkait ISIS
Begini Akhir Teror Penyanderaan di Australia
Analisis Bendera 'ISIS' dalam Teror di Australia
Dua Sandera Tewas, Korban Teror di Australia