TEMPO.CO, Nunukan - Nelayan Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, minta Presiden Joko Widodo menyediakan cold storage. Tempat menyimpan ikan hasil tangkapan nelayan itu penting dan mendesak untuk mencegat penjualan hasil laut ke Tawau, Malaysia.
Murni, 50 tahun, warga Desa Tanjung Aru, Kecamatan Sebatik Timur, di Pulau Sebatik, Rabu, 17 Desember 2014, mengatakan ikan dan udang hasil tangkapannya terpaksa dipasarkan ke Tawau. Alasannya, di Sebatik belum ada pengusaha yang mau menampung ikan perolehan nelayan.
Menurut Murni, nelayan di pulau yang berbatasan dengan Negeri Sabah, Malaysia, ini mengalami kerugian bila harus menyimpan sendiri ikannya tanpa cold storage. "Bagaimana tidak dijual ke Tawau? Tidak ada pengusaha di Sebatik ini yang bersedia membeli ikan hasil tangkapan nelayan," kata Murni seperti dikutip dari Antara. "Kalau disimpan terlalu lama, nelayan rugi karena ikannya membusuk."
Murni mengungkapkan harga jual ikan segar di Tawau lebih mahal dibandingkan dengan penawaran pengusaha lokal. (Baca: Ke Daerah, Jokowi Bikin Pengawal Keteteran)
"Jika memang Presiden Jokowi melarang nelayan memasarkan ikan hasil tangkapan ke Malaysia dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan ikan dalam negeri, sebaiknya dicarikan solusi, salah satunya menyediakan cold storage di Pulau Sebatik," kata Murni.
Nelayan di Sebatik, Murni menambahkan, sebenarnya senang bila hasil tangkapan ikan bisa dipasarkan di dalam negeri. Sebab, pengusaha di Tawau kerap memainkan harga ikan sehingga merugikan nelayan. Kondisi ini terpaksa dijalani karena tidak ada alternatif yang lebih baik selain menjual ikan ke Tawau. (Baca: Beda Gaya Jokowi dan SBY di Sebatik)
"Memang sering juga kami ini dipermainkan masalah harga oleh pengusaha Tawau yang beli ikan. Tapi kami mau bagaimana lagi. Tidak ada tempat lain untuk menjual," keluh Murni. Keluhan Murni disampaikan sehubungan dengan kedatangan Presiden Joko Widodo ke Sebatik untuk melihat kondisi perbatasan pada Selasa, 16 Desember 2014.
Haji Abbas, tokoh masyarakat Pulau Sebatik, berharap kunjungan Presiden Jokowi memberi kebaikan bagi masyarakat di perbatasan. "Kunjungan Bapak Presiden dapat membawa perubahan pembangunan dan kemajuan perekonomian masyarakat," kata Haji Abbas kepada Antara.
Di Sebatik, Presiden Jokowi meninjau perbatasan Indonesia-Malaysia. Presiden memanjat menara intai setinggi 30 meter di Pos Angkatan Laut. Posko Marinir tersebut tampak sederhana. Dermaga dan menara terbuat dari kayu. Empat bangunan rumah berwarna putih dan biru laut mengapit dermaga dan pos intai.
Jokowi didampingi oleh Iriana Widodo, Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, dan Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie. (Baca: Jokowi Panjat Menara Intai di Sebatik)
ANANDA TERESIA
Berita Terkait
Jokowi: Sistem Komunikasi di Perbatasan Jadul
Jokowi Ganti Raskin ke E-Money, 'Banyak Minusnya'
Ke Sebatik, Jokowi Cek Perbatasan INA-Malaysia
Jokowi ke Longsor Banjarnegara, DPR: Terima Kasih