TEMPO.CO, Lamongan - Sekitar 25,5 ribu hektare lahan kritis di 27 kecamatan di Kabupaten Lamongan rawan longsor dan banjir. Di antaranya Kecamatan Babat, Laren, Glagah, Karang Binangun, Karang Geneng, Maduran, Sekaran, Kali Tengah, Ngimbang, dan Deket. Daerah lahan kritis didominasi kawasan hutan yang rusak serta pinggir Sungai Bengawan Solo dan anaknya, Bengawan Jero.
"Kami sudah mengirim surat kewaspadaan dini ke kantor kecamatan untuk ditembuskan ke desa-desa sejak Senin lalu," ujar juru bicara Pemerintah Kabupaten Lamongan, Mohammad Zamroni, Rabu, 17 Desember 2014. (Baca: Korban Longsor Jombang Direlokasi di Tempat Rawan)
Dia menuturkan Kabupaten Lamongan di bagian selatan dan barat, seperti Kecamatan Ngimbang dan Babat, memang rawan tanah longsor. Desa Pucak Wangi, misalnya, rawan longsor karena sebagian lahannya rusak akibat penebangan ilegal. Selain itu, di perbatasan antara Kecamatan Babat dan Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, terdapat lahan kritis di gunung kapur. "Warga mengeksploitasi gunung kapur yang rawan longsor."
Kawasan hutan di Kecamatan Ngimbang yang menjadi batas antara Kabupaten Jombang dan Lamongan serta sejumlah titik di hutan jati juga rawan longsor.
Totok, warga Kecamatan Babat, mengatakan kawasan Gunung Pegat di Babat juga rawan longsor. Di daerah kapur tersebut sebagian hutan telah rusak, sehingga membuat khawatir masyarakat sekitar ketika musim hujan tiba. "Ya, rawan longsor," ujarnya.
Baca Juga:
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Lamongan melakukan kampanye penanaman 2 juta pohon di sejumlah lahan kritis. Penanaman dilakukan oleh Bupati Lamongan Fadeli serta Forum Pimpinan Daerah Lamongan pada Selasa lalu. Secara simbolis, aksi tanam pohon digelar di Desa Pucak Wangi, Kecamatan Babat. Jenis pohon yang ditanam antara lain kenanga dan jarak sunan. Pohon-pohon itu ditanam di lahan kritis dan perkampungan penduduk.
SUJATMIKO
Berita Lain
Ahok Umrahkan Marbot, Ini Reaksi FPI
Beda Gaya Jokowi dan SBY di Sebatik
Wajah Ical Lenyap dari Markas Golkar