TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Bank Standard Chartered, Eric Sugandi, mengatakan nilai tukar rupiah yang ideal untuk Indonesia berada pada level 11.900-12.200 per dolar AS. "Kalau sampai lewat level itu, pemerintah harus waspada," kata Eric di Jakarta, Rabu, 17 Desember 2014.
Eric mengatakan nilai rupiah yang akhir-akhir ini melemah dan sempat menyentuh 12.900 harus segera diperhatikan oleh pemerintah dan Bank Indonesia. "Salah satu yang harus dilakukan itu adalah BI lakukan intervensi sehingga pelemahannya tidak tajam," katanya. Caranya, menjual dolar AS yang dimiliki BI atau membeli Surat Utang Negara (SUN). (Baca: Rupiah Loyo, Jokowi Panggil Menteri ke Istana)
Pernyataan tersebut merespons gejolak rupiah belakangan ini. Pada siang hari ini, kurs tengah Bank Indonesia mencatat kurs rupiah berada pada level 12.720 per dolar AS atau menguat ketimbang posisi hari kemarin pada Rp 12.900 per dolar AS.
Untuk target nilai rupiah tahun depan, Eric memperkirakan dapat berada pada posisi 11.900. "Tahun 2013 di posisi 12.171, tahun 2014 di kisaran 12.500, dan 2015 semoga 11.900," ujarnya. (Baca: Beda Cara Jokowi dan SBY Meredam Rupiah Jeblok)
Penguatan kurs rupiah pada 2015 mendatang, menurut dia, didorong oleh banyaknya pembangunan infrastruktur yang akan dilakukan dalam pemerintahan Joko Widodo. "Ada juga karena dampak positif pengalihan subsidi BBM ke sektor produktif," ujar Eric.
Eric mengatakan pembangunan infrastruktur akan membuat roda pemerintahan berjalan lebih efisien. Dengan demikian, fundamental ekonomi juga akan membaik dan tidak ada pelemahan rupiah seperti sekarang ini. (Baca: Selain Amerika, Negara Ini Bikin Rupiah Anjlok)
Untuk beberapa tanggapan yang menyatakan pelemahan rupiah juga dialami oleh mata uang beberapa negara asing, tidak seharusnya dibandingkan. "Itu sama saja kayak melihat asap saja tanpa melihat asal api," kata Eric. Pemerintah harus melihat lagi kekurangan dari dalam negeri. "Lihat pasar dan kondisi ekonomi dalam negeri juga.”
ODELIA SINAGA
Berita terpopuler:
Strategi Jokowi Atasi Pelemahan Rupiah
Beda Cara Jokowi dan SBY Meredam Rupiah Jeblok
Alasan Pemerintah Jokowi Tenang meski Rupiah Turun