TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia kembali menggelar kampanye Gerakan Cinta Rupiah saat kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah. Salah satu program kampanye Gerakan Cinta Rupiah memanfaatkan iklan di televisi dan media cetak. (Baca: Rupiah Lesu, BI Sebar Iklan 'Cinta Rupiah')
BI tak hanya melakukan sosialisasi Gerakan Cinta Rupiah kepada masyarakat umum, tapi juga para pengusaha dan wisatawan yang masuk ke Indonesia. Juru bicara BI, Peter Jacobs, mengatakan telah meminta para pengusaha menolak setiap transaksi yang menggunakan dolar Amerika oleh turis asing. Upaya itu diyakini bisa membuat turis asing menukarkan dolar dengan rupiah. "Untuk berbelanja di dalam negeri," katanya kepada Tempo, Rabu, 17 Desember 2014. (Baca: Cara Memanfaatkan Pelemahan Rupiah Ala JK)
Menurut Peter, Gerakan Cinta Rupiah merupakan pengamalan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Transaksi di Indonesia. Namun Peter menampik jika gerakan itu disebut hanya berjalan setelah nilai rupiah mengalami penurunan drastis. "Itu cuma kebetulan, karena kami melakukan gerakan ini untuk menindaklanjuti undang-undang, bukan karena rupiah melemah," ujarnya.
Iklan Gerakan Cinta Rupiah di televisi menceritakan seseorang yang hendak membayar makanan di sebuah restoran dengan menggunakan uang dolar Amerika. Kasir restoran itu menolak dan meminta si pembeli membayar dengan rupiah. Menurut Peter, iklan tersebut bisa mengarahkan masyarakat untuk mencintai rupiah baik untuk transaksi kecil maupun besar. (Baca: Jokowi: Rupiah Jeblok, Industri Bisa Dapat Untung)
Kampanye cinta rupiah pernah mengemuka pada 1997-1998, saat Indonesia dilanda krisis moneter. Saat itu bahkan ada lagu anak-anak berjudul Aku Cinta Rupiah dan Krismon yang dinyanyikan oleh Cindy Cenora. Lagu itu mendorong masyarakat untuk menukarkan dolar demi mendorong rupiah yang tengah terperosok.
PERSIANA GALIH
Berita Terpopuler
Ahok Umrahkan Marbot, Ini Reaksi FPI
Beda Gaya Jokowi dan SBY di Sebatik
Wajah Ical Lenyap dari Markas Golkar