TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, bila ingin nilai rupiah stabil, pemerintah harus berupaya agar jangan sampai terjadi defisit. (Baca: Rupiah Loyo, Menhan Cemas Harga Alutsista Bengkak)
"Defisit terjadi bila impor tinggi, sementara ekspor rendah. Dan itu yang terjadi di Indonesia saat ini," kata Mirza di Bank Indonesia, Rabu, 17 Desember 2014.
Mirza menuturkan cara agar tidak defisit adalah menaikkan ekspor dan mengurangi impor. "Kalau masih defisit, ya, kita masih akan terus membutuhkan dana dari luar negeri," ujarnya. Jadi, pemerintah harus mengurangi impor tinggi yang terjadi saat ini. (Baca: Cinta Rupiah, BI Minta Pengusaha Tolak Dolar)
Saat ini memang cadangan devisa yang dimiliki Indonesia masih dalam tahap aman, yaitu cukup untuk memenuhi lebih dari enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah. "Jadi aman bila dilihat dari cadangan devisa," katanya. (Baca: Dolar Naik, Industri Lokal Bisa Untung)
Mirza berujar, bila mau menaikkan cadangan devisa, pemerintah harus menaikkan ekspor dan menurunkan impor. "Jadi tidak defisit," tuturnya. Karena itu, melemahnya rupiah terhadap dolar saat ini dapat diatasi bila kondisi ekonomi tidak defisit. "Pemerintah harus terus menggenjot agar impor bisa turun," kata Mirza.
ODELIA SINAGA
Baca berita lainnya:
Wajah Ical Lenyap dari Markas Golkar
Beda Cara Jokowi dan SBY Meredam Rupiah Jeblok
Imam Prasodjo Ucapkan Innalillahi... pada KPK
RCTI Kena Semprot Tayangkan Ashanty Melahirkan
Gara-gara Ahok, Pengusaha Rugi Rp 190 Triliun