TEMPO.CO, Jakarta - Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas menemukan fakta baru mengenai impor minyak oleh Pertamina Energy Trading Ltd atau Petral, anak usaha PT Pertamina (Persero), dalam perniagaan minyak dan gas. (Baca: Tim Anti-Mafia Migas Temukan Persoalan di Tubuh Petral.)
Menurut anggota Tim Reformasi, Agung Wicaksono, biaya impor bahan bakar yang dilakukan Petral selama satu tahun bisa digunakan untuk membangun kilang minyak baru. Agung memberi gambaran, impor Premium selama satu tahun membutuhkan biaya US$ 13 miliar. Biaya impor Premium selama setahun itu sama dengan ongkos pembangunan kilang minyak jenis grass root refinery berkapasitas 300 ribu barel per hari.
"Bayangkan, sebenarnya impor minyak Petral selama satu tahun itu bisa membangun satu kilang minyak," kata Agung saat ditemui Tempo di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rabu, 17 Desember 2014. (Baca: Lawan Mafia Migas, Kenapa Faisal Basri Hati-hati?)
Pembangunan kilang baru, kata Agung, sangat penting untuk ketahanan energi. Sebab, rata-rata kilang minyak Pertamina sudah tua. Dia memberi contoh Kilang Plaju yang berumur 80 tahun.
Dengan temuan ini, Tim Reformasi atau Tim Anti-Mafia Migas akan mencari tahu cara menekel impor minyak agar biayanya bisa dialihkan untuk membangun kilang. Dengan membangun kilang, kata Agung, ketahanan energi dapat diambil manfaat sebesar-besarnya oleh Indonesia. Agung mengatakan Tim Anti-Mafia Migas akan memberi rekomendasi soal Petral berdasarkan beberapa kali pertemuan yang ditargetkan selesai pada akhir tahun ini.
ALI HIDAYAT
Berita Terpopuler
Wajah Ical Lenyap dari Markas Golkar
Strategi Jokowi Atasi Pelemahan Rupiah
Beda Cara Jokowi dan SBY Meredam Rupiah Jeblok