TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan dolar Amerika pada kuartal terakhir 2014 telah menguras cadangan devisa negara-negara di Asia hingga Eropa. Masing-masing bank sentral dipaksa untuk menggelontorkan devisa dan mengintervensi pasar demi menahan laju dolar yang cukup fantastis. (Baca: Rupiah Menguat, Seberapa Kuat Intervensi BI?)
Data yang dirilis Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, cadangan devisa global pada kuartal II 2014 sudah mencapai US$ 12 triliun, atau mencetak rekor sepanjang satu dekade terakhir. Angka ini merambat 1,1 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Celakanya, cadangan devisa yang sudah terkumpul mulai dikuras pada kuartal III dan pengujung tahun lantaran dolar yang semakin kuat. Menurut IMF, kini posisi cadangan devisa hampir sama dengan 2008-2009, saat dunia dilanda krisis moneter.
Berapa banyak cadangan devisa yang tergerus? Berikut ini, data belanja devisa dari bank sentral di beberapa negara.
1. Indonesia
Setelah rupiah berada di titik nadir pada pekan kedua Desember 2014, Bank Indonesia melakukan intervensi. Melalui pembelian obligasi dan aset berbasis dolar, Bank Indonesia dikabarkan telah menggelontorkan devisa hingga Rp 1,7 triliun. Data IMF menyebutkan, cadangan devisa Indonesia sudah terkuras US$ 87 miliar, dari US$ 111,97 pada awal November menjadi US$ 111,1 miliar.
2. Rusia
Mata uang rubel dikabarkan merosot hingga 50 persen terhadap dolar sejak pekan pertama Desember 2014. Untuk menahan depresiasi rubel, bank sentral Rusia mengeluarkan dana US$ 80 miliar dolar. Kini, cadangan devisa Rusia merosot dari US$ 509,6 miliar menjadi US$ 416,2 miliar. (Baca: Rubel Jeblok, Warga Rusia Borong Barang Elektronik)