TEMPO.CO, Peshawar - Aksi kepahlawanan Kepala Sekolah Army Public School yang menghalangi milisi saat menyerang sekolahnya menjadi perbincangan di berbagai media sosial, Kamis, 18 Desember 2014.
Tahira Qazi, kepala sekolah itu, tewas terbakar hidup-hidup di ruang kerjanya. Sejumlah saksi mengatakan para milisi bertanya kepada Qazi di mana para siswa bersembunyi. "Ibu Kepala Sekolah menjawab, 'Bicara saja kepada saya, saya ibu mereka!'" kata seorang saksi yang ditemui di Rumah Sakit Lady Reading, seperti dilansir dari International Bussiness Times. (Baca: Taliban Pakistan Serbu Sekolah Militer)
Sebuah laporan lain menyebutkan para milisi lalu sempat mengejar Qazi ke ruangannya. Sang kepala sekolah sempat mengunci diri di toilet, tapi milisi melemparkan granat lewat lubang ventilasi. Granat itu meledak dan membakarnya.
Kamis pagi, 18 Desember 2014, para siswa yang berhasil selamat dari penyerbuan menangis tersedu-sedu mengingat bagaimana seorang guru dibakar hidup-hidup untuk melindungi mereka. (Baca: Bantai 122 Pelajar, Ini Alasan Milisi Taliban)
"Langkahi dulu mayat saya!" teriak seorang guru, Afsha Ahmed, kepada para milisi yang kemudian menyiramnya dengan minyak lalu membakarnya hidup-hidup, seperti diceritakan para saksi. Guru lain yang wafat adalah Hifsa Khush, yang juga dibakar hidup-hidup. (Baca: RI Mengutuk Serangan terhadap Sekolah di Pakistan)
Total 148 orang tewas, 132 di antaranya anak-anak berusia 12-18 tahun, dalam serangan kelompok militan Taliban Pakistan ke Army Public School, sekitar pukul 10.30 waktu setempat, Selasa kemarin. Serangan itu menimbulkan kemarahan di seluruh dunia. Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif mencabut moratorium hukuman mati bagi teroris dan membentuk pasukan khusus untuk mengejar mereka.
INTERNATIONAL BUSSINESS TIMES | MIRROR.UK | NATALIA SANTI
Terpopuler:
Imam Prasodjo Ucapkan Innalillahi... pada KPK
Begini Pembubaran Nonton Film Senyap di AJI Yogya
Ah Poong Sentul Bogor Disegel
3 Persamaan Heboh Acara Anang dan Raffi Ahmad