TEMPO.CO, Jakarta - Unicef memperkirakan terdapat lima juta anak umur 3-17 tahun berhenti sekolah gara-gara ebola. Mereka tersebar di sekolah di Sierra Leone dan Liberia yang ditutup sejak libur musim panas lalu.
Bahkan kegiatan belajar-mengajar di Guinea pun vakum sejak Maret lalu. "Krisis ebola tidak hanya mempengaruhi aspek kesehatan saja," ujar tenaga ahli pendidikan Unicef, Sayo Aoki, seperti yang dilansir Time.
Sekolah ditutup lantaran kekhawatiran terjadi penularan ebola di dalam keramaian. Alasan lainnya, sulitnya akses air bersih.
Sekarang, Unicef dan lembaga rekanan sedang melakukan kampanye door to door ihwal bagaimana mendeteksi ebola dan mencegah penyebarannya. "Kampanye juga dilakukan melalui radio," ujar Aoki. (Baca: Wabah Ebola, Sierra Leone Larang Perayaan Natal)
Selain pendidikan, ebola juga berpengaruh pada aspek sosial. "Tidak ada lagi jabat tangan, pelukan, dan ciuman," tuturnya.
Guinea targetkan membuka kembali sekolahnya pada Januari, disusul Liberia dan Sierra Leone pada Maret tahun depan. Namun kepastian tersebut harus menunggu hingga epidemi yang menewaskan hampir 10 ribu jiwa tersebut benar-benar terkedali.
Ebola sangat menakutkan bagi masyarakat di seluruh dunia, karena penularannya melalui kontak langsung dengan pasien. Seorang perawat dari Texas, Amerika Serikat, dinyatakan positif tertular ebola, diperkirakan akibat melanggar standar keamanan penanganan penyakit menular dan mematikan itu.
ANDI RUSLI
BeritaTerpopuler
Pura-pura Mati, Bocah Korban Taliban Selamat
Suap Pejabat Indonesia, Alstom Didenda Rp 8,89 M
Penyanderaan Sydney, Yenny Wahid Jadi Saksi
Sekolah Pakistan Diserbu, Malala Berduka