TEMPO.CO, Jakarta - Alien itu menyihir pengunjung Djakarta Warehouse Project 2014. Selama dua jam --sejak pukul 2.30 sampai 4.30 WIB, Sabtu lalu-- sekitar 30 ribu pengunjung festival dance music tahunan tersebut bergoyang tanpa henti di Kemayoran, Jakarta Pusat. (Baca: Jakcloth 2014 Ajak Pengunjung 'Menari')
Alien itu adalah Skrillex, disc jockey peraih enam Piala Grammy asal Amerika Serikat. Julukan makhluk luar angkasa menempel padanya berdasarkan gambar yang dia pasang pada album terbarunya, Recess. “Saya ingin kita semua melayang ke langit,” ujar Sonny John Moore --nama lahir Skrillex-- di panggung.
Skrillex, 26 tahun, meminta penonton menyalakan lampu telepon seluler dan mengusungnya. Arena JIExpo Kemayoran pun menjadi lautan cahaya. Berayun ke kanan dan kiri, mengikuti arahan si alien. Sementara tubuh mereka berjoget mengikuti ritme dubstep —salah satu jenis musik elektronik dari Inggris— dengan kecepatan rata-rata 140 BPM (detak per menit). DJ itu kadang-kadang mengubah ritmenya menjadi reggae ala Jamaika dan membuat para pengunjung berjoget santai. (Baca: Wawancara dengan Angger Dimas, Seorang DJ Rumahan)
Skrillex —satu ikon musik dansa elektronik— terbukti tok cer mengatur nafas crowd-nya. Sepanjang dua jam, tidak terlihat penonton berhenti bergoyang. Padahal pagelaran itu telah dimulai sejak pukul 17.00 di hari sebelumnya. Dan, saat itu, banyak yang duduk kecapekan setelah jejingkrakan di penampilan Showtek, Martin Garrix, dan Steve Angello.
Di panggung yang bertaburan sinar laser, lidah api, serta mercon, Skrillex memuji penonton. “Saya lihat ada banyak pengunjung dari berbagai negara di sini, saya minta kalian mengangkat bendera kalian tinggi-tinggi,” ujar dia. Benar saja, bendera Singapura, India, Malaysia, Belanda, Rusia, hingga Amerika Serikat muncul di berbagai sudut.
DWP, yang berlangsung sejak 2011, menjelma menjadi salah satu festival musik elektronik terkemuka di Asia Tenggara. “Kami belum berani mengatakan jadi yang terbesar, tapi bisa disebut sebagai salah satu yang paling akbar,” ujar Sarah Deshita, petugas hubungan media Ismaya Live, pelaksana acara itu. (Baca: Dj Verny Siap Tes DNA)
Sarah membandingkan DWP dengan acara serupa, yaitu ZookOut, yang berlangsung 12-13 Desember lalu di Singapura. Menurut dia, sejumlah musikus yang muncul di DWP tidak ada di ZookOut. “Sebaliknya, yang ada di ZookOut ada di DWP,” kata dia. Martin Garrix asal Belanda, misalnya, adalah salah satu DJ yang tampil di DWP hari pertama dan segera berangkat ke Negeri Singa untuk tampil di ZookOut pada 13 Desember.
DJ berusia 18 tahun itu menjadi salah satu penampil yang paling ditunggu di DWP 2014. “Dia dianggap sebagai DJ yang paling melesat belakangan ini,” kata Reza Trisadi, seorang clubber. DJ Mag—majalah bulanan khusus musik elektronik dari Inggris—menempatkan Garrix di posisi keempat DJ terbaik tahun ini. Maka, wajar jika banyak clubber yang hadir mengelu-elukan namanya. Meskipun, wajah Garrix tetap saja cemberut selama berada di balik turntable. (Baca: Arkarna Kembali Konser di Jakarta)
Gelontoran ribuan liter minuman keras tidak menyulut insiden di festival tersebut. Hanya ada belasan orang yang pingsan karena kebanyakan menenggak alkohol. Ada juga sejumlah pencopet yang berhasil diringkus petugas keamanan. Mereka memang pencoleng bermodal karena mengeluarkan sedikitnya Rp 700 ribu untuk tiket masuk.
Saat petugas kesehatan merawat korban tumbang dan petugas keamanan menahan pencopet, pengunjung di Panggung Garuda, sibuk meminta encore, lagu tambahan, kepada Skrillex. Tapi hanya ada lambaian dari si alien. Panggung pun gelap dan dentuman berakhir pada dinihari itu. (Baca: Rock In Solo Hadirkan Band Cadas Polandia)
SUBKHAN | HP
Terpopuler:
Bandung Helat Peragaan Busana Bercorak Asia-Afrika
Antisipasi Penularan Antraks, Perketat Distribusi
Gaya Telanjang Dada ala Jennifer Aniston
Menikmati Kaiseki Set di 3 Wise Monkeys
Perusahaan Lingerie Jepang Tarik 20.000 Bra