TEMPO.CO, Surabaya - Kapten Suwanto adalah tokoh utama di balik pembebasan Zahriani Putri Agustin alias Rani, 10 tahun, dalam peristiwa penyanderaan di Gresik, Rabu, 17 Desember 2014. Dia menjadi orang pertama yang berkomunikasi langsung dengan penyandera, Fuad Ahmad, 32 tahun, hingga akhirnya menjalani peran bak negosiator. (Baca: Bebaskan Sandera, Perwira TNI Dapat Penghargaan)
Negosiasi dimulai ketika dia keluar dari Markas Komando Distrik Militer 0817/Gresik dan mendapati pelaku sudah mendekap Rani, siswa sekolah dasar di Gresik. Tangan kanannya menempelkan pisau ke leher korban dan tangan kirinya memegang leher. "Saya tanya, 'Apa maumu?' kata Suwanto. "Saya (pelaku) minta perlindungan," kata Suwanto menirukan pelaku yang menjawab pertanyaannya. "Kalau minta perlindungan, masuk," ujarnya kemudian.
Di tengah lapangan Kodim, pelaku meminta dipertemukan dengan Komandan Kodim 0817. Secara spontan, Suwanto langsung mengaku sebagai komandan pasukan militer tersebut.
Pelaku kemudian meminta Suwanto diajak ke dalam ruangan. Ketika melihat foto yang berjejer di ruangan, pelaku menemukan foto Komandan Kodim 0817 yang berbeda dengan wajah Suwanto. "Sampeyan bohongi saya, ternyata bukan komandannya," ujar pelaku seperti ditirukan Suwanto.
Ayah Ardiansyah Armawan dan Firman Maulanan itu berkeras bahwa dialah yang ada dalam foto tersebut. "Lihat kumisnya, lihat alisnya. Saya komandannya," kata Suwanto yang memang berkumis dan beralis tebal.
Kebetulan di dalam foto tersebut juga ada wajah Suwanto. Pria kelahiran Gresik, 12 November 1965, itu juga termasuk perwira tertua di lingkungan Kodim 0817. Fuad Ahmad pun percaya.
Negosiasi terus dilakukan Suwanto agar korban bisa dibebaskan. Suwanto pun berusaha mengulur waktu untuk mencari kesempatan hingga dua jam. Selama negosiasi, berbagai upaya dia lakukan, seperti memberi minum kepada korban dan bertanya apakah pelaku memiliki anak.
Kepada Suwanto, pelaku mengaku mempunyai anak seusia korban. Suwanto lantas meminta pelaku menjauhkan pisau dari leher korban sebagai bukti sayang kepada anaknya. Permintaan itu dipenuhi. Tapi pelaku, sambil terus memegang leher korban, menempelkan pisau ke dada korban.
"Seandainya saja saya bisa merebut pisau. Saya hanya sendirian di dalam ruangan. Khawatirnya pelaku akan lebih erat memegang leher dan mencekik korban. Bisa lebih parah nanti," kata Suwanto. (Baca: Disandera, Siswi SD Gresik Mengira Dicandai Paman)
Negosiasi akhirnya menemui jalan buntu. Ujungnya, Fuad tewas dengan dua peluru bersarang di tubuhnya setelah disergap di dalam mobil yang diminta mengantarnya ke Pelabuhan Tanjung Perak. Rani berhasil diselamatkan, sedangkan Suwanto menderita luka di tangan karena mencoba merebut pisau pelaku.
AGITA LISTYANTI
Terpopuler
Tertinggal Pesawat, Dhani: Pilot Garuda Kampret
JK Ketua Umum PMI, Titiek: Saya Tetap Menang
JK Walk Out, Titiek: Ngambek atau Mau Bobok?
Rupiah Jeblok, SBY Bela Jokowi