TEMPO.CO, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia mengadakan survei pandangan publik terhadap konflik internal Partai Golkar. Dalam paparan "Golkar Pasca-Putusan Menkumham", peneliti LSI Ardian Sopa mengatakan elektabilitas Golkar saat ini sangat rendah bila konflik dibiarkan berlarut-larut. (Baca: Survei LSI: Golkar Islah, Publik Lega)
"Hanya 8,4 persen publik yang memilih Golkar bila pemilu legislatif dilaksanakan saat ini," kata Ardian saat konferensi pers di kantornya, Jumat, 19 Desember 2014. Angka elektabilitas ini merupakan yang terendah sepanjang karier Golkar.
Sebagai perbandingan, pada Pemilu 2014, Golkar memperoleh suara 14,75 persen. Lalu 14,45 persen pada Pemilu 2009, dan 22,44 persen pada Pemilu 2004. "Bisa kita lihat bahwa konflik ini merugikan kedua kubu di tubuh partai beringin," kata Ardian. "Elektabilitas yang semakin merosot ini menunjukkan konflik ini hanya konflik elite partai." (Baca: Konflik Golkar, Pengamat: Ical yang Rugi)
Bila islah cepat dilaksanakan, kata Ardian, mayoritas publik masih percaya Golkar akan bangkit kembali memenangi Pemilu 2019. "Sebanyak 65,45 persen publik yakin Golkar bisa bangkit bila islah."
Survei ini dilakukan melalui sistem quick poll pada 16-17 Desember lalu. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dan margin error 2,9 persen. Sebanyak 1.200 responden berpartisipasi dalam survei yang dilengkapi dengan penelitian kualitatif in depth interview ini.
INDRI MAULIDAR
Terpopuler:
Alex Sinaga Resmi Pimpin Telkom
Chelsea Akan Beri Hazard Gaji Tertinggi
Kongres Demokrat, SBY Dipastikan Ketua Umum Lagi
KPK Telusuri Asal Uang di Rekening Gendut Foke