TEMPO.CO , Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menyayangkan munculnya gejala deindustrialisasi dalam lima tahun terakhir. Momen pelemahan rupiah saat ini menurut Sofyan seharusnya bisa menjadi peluang bagi Indonesia jika industri manufaktur berkembang.
"Seharusnya melemahnya rupiah menjadi kesembatan bagi industri kita untuk penetrasi ke pasar global," kata Sofyan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas). (Baca: Penguatan Rupiah Tertinggi di Asia.)
Sofyan mengatakan deindustrialisasi di Indonesia dipicu oleh tingginya harga komoditas seperti batubara, minyak sawit, karet, dan nikel beberapa tahun terakhir. Para pengusaha lebih tertarik untuk berinvestasi di sektor ekstraktif sumber daya alam.
Ke depan, pemerintah berharap agar industri manufaktur bisa kembali dikembangkan karena sektor ini menyerap banyak tenaga kerja. Salah satunya dengan mempermudah izin investasi dari pemerintah daerah. Sofyan mengatakan semakin tingginya upah tenaga kerja di Cina membuat banyak pabrik mencari lokasi baru untuk basis produksi.
"Sekarang upah buruh di Cina sudah semakin tinggi sehingga mereka relokasi. Tantangannya, bagaimana menciptakan iklim investasi yang nyaman," kata Sofyan. (Baca: Sofyan Djalil: Modal Asing Balik, Rupiah Menguat.)
BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE
Berita Terpopuler
Tertinggal Pesawat, Dhani: Pilot Garuda Kampret
JK Ketua Umum PMI, Titiek: Saya Tetap Menang
JK Walk Out, Titiek: Ngambek atau Mau Bobok?