TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menghadapi tantangan mendasar dalam menjalankan patroli. "Kekurangan bahan bakar," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Manahan Simorangkir saat dihubungi Tempo, Jumat, 19 Desember 2014. (Baca: Menteri Susi Geram, Ada Nelayan Diusir Kapal Asing)
TNI Angkatan Laut mengalami kesulitan menyiasati kondisi tersebut. Sebagai konsekuensinya, kapal-kapal patroli membuang jangkar sambil menunggu informasi, tidak lagi berlayar memutari laut.
Menurut Manahan, kebutuhan bahan bakar setiap tipe kapal berbeda. Manahan memberi contoh, ada kapal yang membutuhkan 15 ton bahan bakar setiap jam. Jadi, untuk bisa berpatroli 24 jam dalam satu hari, diperlukan 300 ton bahan bakar untuk satu kapal. "Memang tidak murah," ujar Manahan, tanpa merinci detail anggaran yang dikucurkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk bahan bakar kapal.
Saat ini TNI AL baru mendapat dukungan 30-40 persen untuk total kebutuhan bahan bakar. TNI AL selalu mengajukan kuantum atau kuota kebutuhan bahan bakar kapal. Namun yang diberikan negara adalah anggaran dalam rupiah. "Sehingga, kalau harga naik, dolar naik, bahan bakar juga berubah," tutur Manahan.
MARIA YUNIAR
Terpopuler:
Alex Sinaga Resmi Pimpin Telkom
Chelsea Akan Beri Hazard Gaji Tertinggi
Kongres Demokrat, SBY Dipastikan Ketua Umum Lagi
KPK Telusuri Asal Uang di Rekening Gendut Foke