Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Solusi Mbah Rono untuk Korban Longsor Banjarnegara

image-gnews
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Gunung Api, Surono. TEMPO/Prima Mulia
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Gunung Api, Surono. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO , Yogyakarta:Kepala Badan Geologi Surono menegaskan tak ada cara yang efektif untuk meminimalkan dampak di kawasan rawan tanah longsor di Banjarnegara selain mengosongkan permukiman rawan. "Longsor itu sudah sifat tanah. Seperti watak manusia, sulit diubah," kata pria yang akrab disapa Mbah Rono itu setelah menggelar koordinasi tentang penanganan tanah longsor Banjarnegara bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Yogyakarta Jumat, 19 Desember 2014.

Karakter tanah rawan longsor yang sulit diperbaiki itu tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Banjarnegara hingga Wonosobo, seperti Dieng. Di dua daerah Jawa Tengah itu, disebutkan, seluruh kecamatannya punya frekuensi gerakan tanah tingkat menengah-tinggi. "Meski dengan upaya vegetasi, dihutankan, dengan jenis tanaman apa pun sifatnya hanya memperlambat sebentar longsoran." (Baca juga: Ini Daftar 85 Korban Tewas Longsor Banjarnegara)

Tak ada jalan selain merelokasi warga agar tak tinggal di daerah rawan longsor. Tapi, kata dia, sulit menjelaskan kepada masyarakat ihwal daerah rawan longsor. "Karena yang paling rawan longsor, ya, yang tanahnya subur itu, kaya air, dan mudah diolah, semua menyemut tinggal di situ," kata Mbah Rono. (Baca juga: Relawan Longsor Banjarnegara Tewas Saat Evakuasi )

Gerakan tanah di daerah seperti Banjarnegara, terutama di kaki bukit yang curam dan banyak air, sudah terlalu sering terjadi. Bahkan sejak 1955 sudah terjadi peristiwa tanah longsor besar di Banjarmangu, Banjarnegara, yang memakan 322 jiwa.

Badan Geologi rutin memetakan daerah rawan longsor per kabupaten dalam dokumentasi yang diperbarui tiap bulan. Satu kawasan dibagi menjadi tiga tingkatan zona: merah, kuning, hijau. Banjarnegara, juga kawasan Wonosobo-Dieng, Jawa Tengah, dalam dokumen itu termasuk daerah yang banyak zona merah dan kuning. "Warga akan sulit menyelamatkan diri jika berada di longsoran zona merah.” Seperti halnya tragedi di Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, lalu yang termasuk zona merah. "Air sangat jenuh, membentuk lumpur yang gampang meloncat karena kecepatan air lumpur itu luar biasa mematikan."

Sejak 6 Desember lalu, Badan Geologi sudah menyebarkan dokumen potensi gerakan tanah di seluruh Indonesia kepada 34 pemerintah provinsi. Dalam dokumen itu, Badan Geologi sudah memetakan geografis detail wilayah aman dan bahaya tiap kabupaten dengan menandainya lewat tiga kategori zona: merah (sangat berbahaya), kuning (rawan), dan hijau (aman). "Kami harap pemerintah mau memperhatikan data rawan bencana itu. Kami update tiap bulan."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepala BNPB Syafii Maarif mengatakan mulai kemarin pihaknya memasang 20 alat deteksi dini longsor (ekstensometer) di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. "Semua alat itu kami minta dijaga dan dirawat," kata Syafii.

Sementara itu, tim SAR berusaha mengangkat jenazah korban longsor, yakni seorang ibu yang sedang memeluk anaknya dengan kepala sang anak di dadanya. “Ibu-anak ini terjepit tembok sehingga sulit dievakuasi,” kata Kepala Seksi Operasi Basarnas Jawa Tengah, Tri Joko Priyono, di lokasi longsor Dusun Jemblung, Desa Sampang Karangkobar, kemarin.


PRIBADI WICAKSONO | ARIS ANDRIANTO

Berita lain:
Ucapan Natal, Yenny Wahid: Jokowi Jangan Dengar FPI

Final Piala Dunia Antarklub, Madrid Kejar Sejarah 

Menteri Susi Piloti Pesawatnya Keliling Sumatera  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

7 Maret 2022

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang berhasil menciptakan alat pemantau longsor. Foto : UNNES
Mahasiswa Unnes Ciptakan Alat Pemantau Longsor di Banjarnegara

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menciptakan alat pemantau longsor. Alat tersebut sudah dipasang di Banjarnegara.


Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

20 November 2021

Sejumlah warga menyaksikan jalan raya yang ambles di lokasi bencana longsor di Desa Clapar, Madukara, Banjarnegara, Jateng, 30 Maret 2016.  Berdasarkan pantauan BPBD, longsoran diperkirakan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah dan dikhawatirkan akan semakin meluas. ANTARA/Anis Efizudin
Longsor Banjarnegara, 4 Orang Ditemukan Tewas

Longsor Banjarnegara pada Jumat malam menimpa dua rumah warga.


Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

2 November 2019

Ilustrasi longsor. shutterstock.com
Longsor di Banjarnegara Disebabkan Tanggul Irigasi Jebol

Longsor ini menyebabkan dua rumah tertimbun dan satu orang meninggal.


Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

2 November 2019

Ilustrasi longsor. shutterstock.com
Longsor di Banjarnegara, Satu Orang Meninggal Dunia

Retakan tanah tersebut berlokasi di sebelah timur rumah yang kemudian tertimbun longsor.


Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

25 September 2016

TEMPO/Budi Purwanto
Longsor di Banjarnegara 1 Orang Tewas

Rumah itu tertimpa reruntuhan tanah dan menewaskan satu orang dan delapan anggota keluarga lainnya luka-luka.


3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

19 Juni 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
3 Warga Banjarnegara Jadi Korban Longsor Susulan

Ketiga korban sedang membersihkan longsor saat terjadi
longsor susulan.


Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

19 Juni 2016

ANTARA/Agus Bebeng
Longsor Banjarnegara, Enam Korban Sudah Dimakamkan

Korban meninggal di Grumbul Wanarata disebabkan tertimbun material longsor susulan saat sedang bekerja bakti menyingkirkan longsoran.


Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

19 Juni 2016

Warga bersama relawan bergotong royong membuat saluran air di lokasi bencana longsor dan tanah bergerak di Desa Clapar, Madukara, Banjarnegara, Jateng, 31 Maret 2016. Sedikitnya 21 rumah roboh, serta ratusan lainnya  terancam roboh. ANTARA/Anis Efizudin
Longsor di Banjarnegara, 6 Warga Meninggal

Enam orang yang meninggal sudah dievakuasi, sementara satu korban masih dalam pencarian.


Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

13 April 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
Darurat Longsor Banjarnegara Berakhir, Potensi Lonsor Masih Ada

Potensi longsor masih ada apabila curah hujan tinggi.


Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

31 Maret 2016

Jalan menghubungkan Kecamatan Madukoro-Pagentang, Banjarnegara, Jawa Tengah, rusak dan retak akibat tanah longsor, 27 Maret 2016. Longsor yang terjadi secara merayap dan perlahan seluas lima hektare, mengakibatkan 196 rumah warga rusak dan 14 diantaranya rusak berat. TEMPO/Irsyam Faiz
Longsor Banjarnegara, Warga Kuras Kolam Ikan  

Longsoran diperkiraan sudah bergerak sejauh 2-3 kilometer dari ujung hingga bawah. Sedang lebar longsoran 100 -200 meter.