TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Badan Koordinasi Keamanan Laut Kolonel Edi Fernandi mengatakan lembaganya saat ini memiliki sebelas satelit Automatic Identification System (AIS). Sebelas satelit itu bertugas memantau daerah kelautan yang rawan akan pencurian ikan oleh kapal asing.
"Di antaranya untuk di Natuna, Ambon, Bali, Manado, Kupang, Merauke, dan Jayapura," ujar Edi, saat dihubungi Tempo, Jumat, 19 Desember 2014. Di daerah-daerah itu, Bakorkamla telah menempatkan stasiun pantau untuk menerima informasi AIS. (Baca: Hari Ini, TNI Tenggelamkan 2 Kapal Asing di Ambon)
Kemudian, kata dia, petugas di stasiun pantau akan menyampaikan temuannya pada Pusat Komando Bakorkamla di Jakarta. Pusat Komando lalu meneruskan temuan itu pada petugas patroli terdekat. "Di laut ada Polisi Air, atau Angkatan Laut, yang tergabung dengan Bakorkamla. Dengan adanya pusat komando, diharapkan tidak terjadi tumpang tindih petugas," katanya. (Baca: Alasan TNI AL Tak Penuhi Permintaan Menteri Susi)
Selain melalui AIS, Bakorkamla juga memiliki radar pemantau, long range camera yang mampu memantau hingga 40-60 kilometer, dan kamera pemantau (CCTV) sejauh 4 kilometer. (Baca: Menteri Susi Piloti Pesawatnya Keliling Sumatera)
Sejauh ini, hanya Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Bakorkamla saja yang memiliki satelit AIS. Menurut Edi, KKP dan Bakorkamla saling berkoordinasi dalam menangkap pencuri ikan. "Misalnya kalau Bakorkamla punya informasi, tapi lokasi petugas KKP dekat dengan temuan, maka KKP yang dikirim untuk menangkap," katanya. (Baca juga: Lindungi Kapal Vietnam, Menteri Susi Diprotes)
PERSIANA GALIH
Topik terhangat:
Longsor Banjarnegara | Teror Australia | Pembatasan Motor | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Soal Lapindo, Ruhut: Ical Bisa Ditertawakan Kodok
Priyo Budi Diam-diam ke Rumah Akbar Tandjung
Ucapan Natal, Yenny Wahid: Jokowi Jangan Dengar FPI
Ahok Mencak-mencak di Balai Kota, Apa Sebabnya?