TEMPO.CO, Jakarta - Berkurangnya permintaan dolar Amerika Serikat di pasar domestik membuat nilai tukar rupiah kembali menguat dalam perdagangan mata uang. Pada Senin, pukul 12.30 WIB, rupiah naik 46,5 poin (0,37 persen) ke level 12.450 per dolar. (Baca: Sofyan Djalil: Modal Asing Balik, Rupiah Menguat)
Ekonom BNI Securities Heru Irvansyah mengatakan tekanan rupiah yang cenderung berkurang menjadi penyebab rupiah terus menguat. Setelah berakhirnya spekulasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dan menyurutnya kebutuhan dolar korporasi menjelang akhir tahun membuat permintaan mata uang greenback menjadi berkurang.
“Tekanan terhadap rupiah berkurang, setelah masa-masa kebutuhan operasional korporasi untuk pembayaran utang luar negeri dan bonus ekspatriat terlewati,” ujarnya. (Lihat: Rupiah Kritis, Masya Allah Banyak Duit Diparkir)
Menurut Heru, kepastian sikap The Fed yang belum menaikkan suku bunga The Fed (Fed’s rate) berhasil mengurangi kekhawatiran investor atas prospek investasi di pasar berkembang dalam jangka pendek. Hal itu pun spontan menyebabkan aksi beli dolar sebagai portofolio safe haven menjadi berkurang.
Sebagaimana diketahui, sepekan lalu, rupiah memang sempat mendekati level 13.000 per dolar. Sentimen dari The Fed yang bersamaan dengan kebutuhan operasional perusahaan dalam negeri, serta aksi penarikan dolar oleh negara-negara eksportir minyak, membuat sebagian nilai tukar mata uang regional anjlok terhadap dolar.
MEGEL JEKSON
Terpopuler
Faisal Basri: Premium Lebih Mahal dari Pertamax
Jokowi Janjikan Eva Bande Bebas di Hari Ibu
Jokowi Gampang Diobok-obok, Ini Sebabnya
Gara-gara Tiang Listrik, Wagub Djarot Ngomel
4 Rencana Menteri Susi yang Berantakan