TEMPO.CO, Jakarta - Duduk di kursi ruang tamu rumahnya di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, mata Sri Mulyati menatap lekat Maya Hasan, putrinya yang tengah bermain harpa. Wajah sepuhnya tampak bahagia. Sabtu siang dua pekan lalu, Maya khusus memainkan harpa untuk perempuan 83 tahun itu. “Ini adalah komposisi pertama yang saya buat, judulnya Mitts. Itu nama kecil ibuku,” kata Maya kepada Tempo. (Baca: Pemain Harpa Maya Hasan Bakal Pentas di Swiss)
Setelah lagu selesai dimainkan, keduanya berangkulan erat. Sri mencoba mengungkapkan perasaannya. “Saya, rasanya…,” Sri tak mampu melanjutkan kata-katanya. Ia kemudian menangkupkan kedua tangannya di depan dada, lalu membuka jarinya pelan-pelan.
Tidak banyak musikus Indonesia yang mampu bermain harpa dan diakui secara internasional. Maya Hasan adalah satu di antara musikus yang bisa melakukannya. Sri, yang kini lebih banyak terbaring di tempat tidur akibat pengapuran tulang punggung, akhirnya melengkapi kalimat pujiannya. “Saya sangat bangga pada dia. She’s perfect,” kata Sri, yang kini tinggal bersama Maya. (Baca: Kebanggaan Ibunda, Niluh Djelantik)
Lahir di Hong Kong, 10 Januari 1972, sebagai bungsu dari lima bersaudara, Maya kecil yang terekam dalam ingatan Sri adalah bocah tomboi. “Dulu suka manjat pohon, manjat genteng. Wah, setengah mati saya dulu,” Sri berkisah tentang Maya. Seperti almarhum ayahnya, menurut Sri, Maya memiliki watak keras. “Tidak mau mendengar kata ‘tidak’,” katanya tersenyum.
Sri juga melihat besarnya minat si bungsu pada musik. Sebagai penggemar musik, ia dan suaminya, Mohammad Hasan—seorang pengusaha—mengakomodasi ketertarikan Maya pada musik dengan mengkursuskannya. Masalahnya, minat Maya terhadap alat musik berubah-ubah. Awalnya ia ikut les biola, lalu melompat ke flute. Lalu, dia mulai jatuh hati pada harpa ketika melihat poster alat musik itu tertempel di salah satu dinding tempat dia belajar flute. “Saya penasaran, bagaimana cara memainkannya,” kata Maya, yang saat itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. (Baca: Hari Ibu, Amy Atmanto: Muliakan Ibu Bawa Keberkahan)
Seperti membiarkan Maya berpindah-pindah kursus alat musik, Sri memang cenderung memberi kebebasan kepada anak-anaknya. Menurut Maya pun, ibunya tak pernah membatasi pergaulan dia dan kakak-kakaknya. Sri memilih merangkul teman-teman anak-anaknya. Tak mengherankan jika mereka akrab dengan Ibu Sri. “Ini karena saya sangat percaya mereka,” ujar Sri.
Sri adalah perempuan yang diungkapkan Maya lewat lagu Mitts. Menurut Maya, lagu ini menggambarkan seorang perempuan yang di balik kelemahlembutannya telah berhasil menjadi jangkar, menjadi batu karang bagi anak-anaknya. (Baca: Arab Saudi Kalah, Jepang Tertahan)
RATNANING ASIH | NURHAYATI| HP