TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik, Gun Gun Heryanto, mengatakan partai politik Indonesia sebaiknya membatasi periode kepemimpinan selama dua periode.
Partai juga diminta membuka ruang untuk majunya kader baru tanpa takut dianggap sebagai penentang figur. "Partai membutuhkan sirkulasi elite untuk penyegaran kepemimpinan," ujar Gun Gun saat dihubungi pada Selasa, 23 Desember 2014.
Seperti diketahui, beberapa partai besar, seperti Partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan Partai Hati Nurani Rakyat, segera melaksanakan musyawarah untuk mencari ketua baru.
Namun nama lama dari masing-masing partai tersebut, yakni Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Wiranto, tetap jadi calon paling kuat. (Baca: Empat Partai Pecahan Golkar yang Masih Eksis)
Pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Moeleok, meminta partai membuka ruang seluas-luasnya untuk kompetisi. "Selama kompetisinya fair dan transparan, tidak perlu takut akan konflik," tutur Hamdi.
Hamdi membenarkan adanya ketakutan partai mengganti figur kuat sebagai ketua karena stabilitas partai terancam terganggu. Meski demikian, dia mengingatkan bahwa figur-figur itu juga tidak selamanya akan ada untuk partai.
"Bayangkan saja, kalau mereka tiba-tiba meninggal, yang di bawah tidak tahu harus ke mana."
Justru, kata dia, menutup ruang untuk regenerasi akan memunculkan ketidakpuasan dari kader yang berpotensi menjadi bibit konflik. Hamdi mengimbau parpol untuk lebih berani bereksperimen.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Berita terpopuler lainnya:
4 Rencana Menteri Susi yang Berantakan
Gubernur FPI Pantang Ucap Selamat Natal ke Ahok
Eva Bande, Dipenjara Gara-gara Bela Petani
Ahok Makan Babi, Ibu-ibu di NTT 'Klepek-klepek'