TEMPO.CO, Jakarta - Sedimentasi dan makin berkurangnya daerah resapan tanah dinilai sebagai penyebab banjir di Bandung selatan. Apalagi ada tiga kecamatan di Kabupaten Bandung, yakni Baleendah, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang, yang merupakan wilayah cekungan.
"Muka tanahnya turun terus. Air sudah enggak bisa mengalir," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Djoko Mursito kepada Tempo, Jumat, 26 Desember 2014. (Baca: Cara Cegah Banjir di Bandung Versi Rachel Maryam)
Tiga kecamatan tersebut terendam banjir sejak Kamis, 18 Desember 2014. Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan status tanggap darurat bencana sejak Selasa, 23 Desember 2014. Status itu berlaku sampai 29 Desember 2014. (Baca: Banjir Bandung Selatan Surut 1 Meter)
Menurut Djoko, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebenarnya telah mengantisipasi luapan air Sungai Citarum itu. Tiap tahun, Kementerian memprogramkan normalisasi Citarum agar kemampuan menahan banjir lima tahunan bisa diperpanjang menjadi 20 tahunan. (Baca: Banjir Bandung, Korban Mengeluh Kurang Bantuan)
"Tapi karena tiap tahun terjadi sedimentasi dan daerah resapan hujan berkurang, ya tetap jadi lima tahunan terus. Kami enggak bisa mengatasi sendirian," ujar Djoko. (Baca: Banjir Bandung Selatan, Pengungsi Capai 12 Ribu)
Berdasarkan data Kementerian, anggaran untuk normalisasi dan penanganan banjir Citarum mencapai Rp 740 miliar pada 2014. Fokusnya, meningkatkan kapasitas penampungan debit Citarum menjadi 20 tahunan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Citarum.
Sedangkan berdasarkan dokumen Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum 2010-2014, selama 2011, Kementerian telah menganggarkan Rp 193,42 miliar untuk penanganan banjir Citarum. Setahun kemudian, anggaran naik menjadi Rp 377,73 miliar.
Hingga hari kedelapan, banjir Bandung selatan telah menenggelamkan 36 ribu rumah di sembilan kecamatan. Hujan deras yang terjadi setiap hari menyebabkan Sungai Cisangkuy dan anak Sungai Citarum meluap.
Jumlah pengungsi pun terus bertambah. Hingga 25 Desember 2014, jumlah pengungsi mencapai 12 ribu orang, padahal sehari sebelumnya hanya 10 ribu orang. Akses jalan tertutup, hanya bisa dilalui oleh perahu, gerobak, atau becak.
KHAIRUL ANAM
Terpopuler:
Mundur dari Dunia Hiburan, Artis Ini Pilih Mengaji
'King Suleiman' di ANTV Diprotes, Ini Sikap KPI
Tantang SBY, Max Sopacua: Saya Tak Mau Buang Waktu