Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Video ISIS, Pengamat: Aparat Indonesia Tidak Perlu Paranoid  

image-gnews
Seorang anggota jaringan ISIS mengunggah video ancaman di Youtube, Jakarta, 26 Desember 2014. Video tersebut mengancam menghancurkan dan menyerang TNI, Polri dan Banser NU. TEMPO/Imam Sukamto
Seorang anggota jaringan ISIS mengunggah video ancaman di Youtube, Jakarta, 26 Desember 2014. Video tersebut mengancam menghancurkan dan menyerang TNI, Polri dan Banser NU. TEMPO/Imam Sukamto
Iklan

TEMPO.CO, Surabaya - Pengamat masalah kontra-terorisme, Harits Abu Ulya, meminta aparat intelijen Indonesia tidak paranoid menyikapi video ancaman anggota ISIS terhadap TNI, Polri, dan Barisan Serbaguna (Banser) Ansor Nahdlatul Ulama.

Menurut Harits, video itu tidak lebih dari narsisme pribadi Abu Jandal al Yamani al Indonesi atau alias Salim Penceng. “Statemen pribadi seorang Salim Penceng itu tidak perlu membuat pemerintah, terutama aparat keamanan, menjadikannya masalah serius yang seolah-olah mengancam kedaulatan negara,” katanya kepada Tempo, Sabtu, 27 Desember 2014.

Harits mengatakan pernyataan Salim di YouTube belum tentu representasi dari Islamic State (IS). Apa yang dikatakannya dalam tayangan di YouTube tidak lebih dari narsisme seorang Salim dengan sebuah impian untuk Indonesia.

Salim disebut Harits sebagai orang yang reaksioner dan secara keilmuan tidak layak dijadikan rujukan. Aparat intelijen Indonesia, seperti BIN, BAIS, dan Kepolisian, dinilai Harits gagal jika tidak bisa membaca peta kekuatan sesungguhnya, dan menakar secara akurat potensi ancaman yang ditebar lewat YouTube tersebut.

Namun, kata Harits, akan berbeda jika kemudian aparat intelijen Indonesia mengelolanya menjadi sebuah isu sedemikian rupa untuk melegitimasi sebuah proyek keamanan yang berlabel war on terrorism in Indonesia.

Harits menjelaskan bahwa pernyataan Salim Penceng berhadapan dengan realitas keindonesiaan yang kompleks. "Bukan hal sederhana, seperti membalik tangan, untuk membuktikan apa yang dia ucapkan," ujarnya.

Bagi Harits, Salim hanyalah seekor kucing yang tidak perlu dilihat sebagai harimau. Pemerintah tidak perlu merasa inferior sehingga membuat sikap yang tidak proporsional atas tindakan beberapa individu, seperti yang dilakukan oleh Salim.

Pada sisi lain, kata Harits, ada situasi psikologis politik keamanan di Indonesia untuk segera menetapkan IS-ISIS sebagai ancaman serius di luar Al-Qaeda. Pemerintah harus memidanakan pendukungnya.

Diakuinya, tindakan Salim Penceng seperti berkah yang bisa diolah menjadi stimulus kepentingan proyek kontra-terorisme di Indonesia. "Video Salim membuat isu IS-ISIS menemukan momentumnya kembali," katanya. Dengan demikian, pemerintah seolah mendapat legitimasi kuat untuk memanifestasikannya dalam bentuk regulasi dan penindakan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salim Penceng adalah pria kelahiran Pasuruan, Jawa Timur, dan merupakan keturunan Arab Yaman dengan fam at Tamimi. Sebelum ke Suriah, ia tinggal di rumah kontrakan di kawasan Ijen, Malang. Pria yang tidak tamat sekolah dasar itu mempunyai dua istri dan lebih dari lima anak. Dalam kesehariannya, Salim berjualan madu dengan membuat label sendiri.

Salim juga pernah ke Yaman dan bergabung bersama AQAP, sayap Al-Qaeda di Yaman. Dari Yaman, Salim beberapa kali masuk di perlintasan Turki-Suriah.

Ia sempat balik ke Indonesia dan kembali lagi ke Suriah pertengahan 2013 bersama sekitar delapan orang. Mereka kemudian bergabung dengan Islamic State (IS-ISIS). Setelah itu, Salim sempat kembali lagi ke Indonesia dan berangkat bulan Maret sebelum Ramadan 2014 bersama seorang anaknya dengan rombongan yang berjumlah 20 orang.

Saat ini, Salim berada di Raqa, Suriah. Selama ini Salim berafiliasi pada Salafy, grup Aman Abdurrahman.

AGITA SUKMA LISTYANTI

Berita Terpopuler
ISIS Pengancam TNI Rupanya 'Artis YouTube' 
Dapat Salam Natal di Pesawat, Pria Ini Ngamuk 
ISIS Ancam TNI, Kapuspen: No Comment 
Jokowi: Sawah Masih Luas, Beras Kok Impor

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

WNI Bawa Bom di Brunei Bebas, Tiba di Surabaya Hari Ini  

8 Agustus 2015

Rustawi Tomo Kabul (tengah, baju putih) bersama keluarga dan staf Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia di Bandara Djuanda, Surabaya, 8 Agustus 2015. Foto: Dir PWNI dan BHI Kemlu RI
WNI Bawa Bom di Brunei Bebas, Tiba di Surabaya Hari Ini  

Pengadilan Brunei membebaskan Rustawi karena karena tidak ada bukti kuat terkait dengan penyelundupan benda-benda berbahaya.


TNI Heran Bahan Bom Masuk Brunei Setelah Lolos dari Juanda  

9 Mei 2015

TEMPO/Machfoed Gembong
TNI Heran Bahan Bom Masuk Brunei Setelah Lolos dari Juanda  

Cipeng, anak Rustawi, diduga sebagai orang yang memasukkan bom ikan itu.


Diduga Susupkan Bondet ke Pesawat, Cipeng Menghilang  

8 Mei 2015

Akibat debu vulkanik Gunung Kelud, koper-koper yang sudah di bagasi dikembalikan kepada penumpang di bandara Juanda, Surabaya (14/2). TEMPO/M. Syaraffa
Diduga Susupkan Bondet ke Pesawat, Cipeng Menghilang  

Sutrisno alias Cipeng, warga Malang, tak diketahui keberadaannya. Namanya disebut sang ayah yang sedang terbelit kasus bondet dalam koper di Brunei.


Kronologi Rustawi Bawa Bondet dan Peluru ke Brunei

8 Mei 2015

Ilustrasi bom. Boards.ie
Kronologi Rustawi Bawa Bondet dan Peluru ke Brunei

Melihat tasnya terbuka, Rustawi tidak menaruh curiga sedikit pun terhadap tindakan yang dilakukan anak keduanya, Cipeng.


Upaya Menteri Retno Bebaskan WNI Bawa Bondet ke Brunei  

8 Mei 2015

Menlu RI, Retno LP Marsudi, beri keterangan pers terkait eksekusi mati dua warga negara Australia, di Kantor Kemenlu, Jakarta, 17 Februari 2015. Selain protes dari pemerintah Australia, Sekjen PBB, Ban Ki-moon juga mengecam eksekusi mati tersebut, namun pemerintah Indonesia tetap pada apa yang telah ditetapkan. TEMPO/Imam Sukamto
Upaya Menteri Retno Bebaskan WNI Bawa Bondet ke Brunei  

Rustawi mengaku tidak tahu-menahu benda berbahaya yang ditemukan dalam kopernya.


Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Klaim X-Ray-nya Canggih

8 Mei 2015

Pembangunan Terminal 2 (T2) di lokasi lama Bandara Internasional Juanda Surabaya. ANTARA/Eric Ireng
Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Klaim X-Ray-nya Canggih

Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya, memiliki perangkat detektor sinar-X multiview berstandar internasional.


Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Sebut Peluru Rustawi Mainan

8 Mei 2015

Pemeriksaan X-ray di Bandara Soekarno-Hatta. TEMPO/Imam Sukamto
Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Sebut Peluru Rustawi Mainan

Benda disimpulkan sebagai mainan karena tidak lagi memuat mesiu atau bahan peledak. Detektor X-Ray tak menunjukkan perubahan warna.


Biro Umrah Sangsi Jemaahnya Sengaja Bawa Bom ke Brunei  

8 Mei 2015

Sejumlah jamaah haji Indonesia asal Labuan Batu, Sumatera Utara, mengawasi koper mereka setibanya di tempat pemondokan haji di kawasan Jumaizah, Mekkah,  (20/10). Sebanyak 2.277 jamaah haji Indonesia tiba di Mekkah dan langsung melakukan umrah. ANTARA/Saptono
Biro Umrah Sangsi Jemaahnya Sengaja Bawa Bom ke Brunei  

Agus menduga Rustawi dijebak oleh sebuah kelompok.


Hamas Berangus Salafi, ISIS Keluarkan Ultimatum  

7 Mei 2015

Pemimpin senior Hamas, Ismail Haniyeh (tengah). REUTERS/Suhaib Salem
Hamas Berangus Salafi, ISIS Keluarkan Ultimatum  

ISIS kemudian mengultimatum Hamas untuk melepaskan anggotanya yang ditahan dalam tempo 72 jam.


WNI Bawa Bom ke Brunei, Biro Umrah: Rustawi Petani Jujur

7 Mei 2015

TEMPO/Mahfoed Gembong, Edi Wahyono
WNI Bawa Bom ke Brunei, Biro Umrah: Rustawi Petani Jujur

Rustawi telah beberapa kali berhaji dan umrah.