TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat P-3C Orion Australia mendeteksi "sesuatu" di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, yang menjadi lokasi operasi udara besar-besaran yang sedang dijalankan mencari pesawat AirAsia Indonesia nomor penerbangan QZ 8501 yang hilang sejak Ahad pagi, 29 Desember 2014.
Panglima Komando TNI AU Marsekal Dwi Putranto mengatakan pesawat Angkatan Udara Australia (RAAF) itu mencitrai obyek di berada 200 kilometer di sebelah barat daya Pangkalan Bun atau 700 sekitar 1.400 dari lokasi terakhir Air Asia itu sebelum hilang dari pantauan radar. (Baca: Lima Teori Hilangnya Pesawat Air Asia)
Pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 hilang dari pantauan radar otoritas penerbangan Indonesia, Ahad pagi, 28 Desember 2014. Pesawat jurusan Surabaya-Singapura berpenumpang 155 orang dan 7 awak ini, terakhir kali terekam berada di atas perairan Belitung pada pukul 06.16.
Pesawat Orion itu juga merupakan salah satu dari armada militer Australia yang terlibat dalam pencarian pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 yang hilang sejak 7 maret 2014 lalu. Pesawat ini masih belum dapat ditemukan hingga kini. (Baca: Pesawat AirAsia Hilang Kontak)
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo mengaku AirAsia QZ8501 terakhir melapor ke menara kontrol lalu lintas udara untuk bergeser ke kiri dan menaikkan ketinggian dari 32 ke 38 ribu kaki. Saat itu pilot Irianto mengaku ingin menghindari awan cumolonimbus.
"Untuk yang bergeser ke kiri sudah disetujui, tapi yang minta ke atas tak disetujui karena masih ada pesawat di atas, masih padat," kata Djoko. Data cuaca di wilayah udara, kata Djoko, memang tak bagus. "Banyak awan cumolonimbus," kata Djoko. Namun saat berangkat data cuaca di Surabaya cerah. (Baca: Benarkah Air Asia Hilang karena Badai?)
BOBBY CHANDRA | MALAYSIA INSIDER
Berita terkait
Mengapa AirAsia Majukan Jadwal Penerbangan?
Kerabat Penumpang Ragu Air Asia Jatuh di Belitung
Bos Air Asia: Tak Ada CEO yang Jamin Keselamatan