TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keselamatan dan Standar AirNav Indonesia (Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia) Wisnu Darjono mengatakan ada tujuh pesawat lain yang menggunakan flight line atau jalur penerbangan yang sama saat Air Asia QZ8501 hilang, Ahad pagi, 28 Desember 2014.
Menurut Wisnu, tujuh pesawat itu berada pada ketinggian 29.000 hingga 38.000 kaki. "Karena traffic-nya padat, permintaan Air Asia QZ8501 naik ke 38.000 kaki di-hold dulu," kata Wisnu saat dihubungi, Senin, 29 Desember 2014.
Tujuh pesawat itu adalah Garuda Indonesia nomor penerbangan GIA 500 rute Jakarta-Pontianak dengan ketinggian 35.000 kaki, Lion Air LNI 320 Jakarta-Pontianak di 35.000 kaki, LNI 626 Jakarta-Balikpapan di 36.000 kaki, UAE 409 Melbourne-Kuala Lumpur di level 36.000 kaki, Wagon Air AWQ 502 Denpasar-Singapura di 38.000 kaki, Garuda Indonesia GIA 602 Jakarta-Manado pada 29.000 kaki, dan Wagon Air AWQ 550 Denpasar-Kuala Lumpur pada ketinggian 34.000 kaki. "Yang sejalur dengan QZ8501 adalah AWQ 550, UAE 409, dan AWQ 502," ujar Wisnu.
Sebelumnya Wisnu mengatakan air traffic controllers sudah menyiapkan jalur di ketinggian 34.000 kaki ketika Air Asia QZ8501 meminta naik di ketinggian 38.000 kaki. (Baca: Kerabat Penumpang Ragu Air Asia Jatuh di Belitung)
Saat pilot QZ8501 minta naik pada pukul 06.12 WIB, terdapat sejumlah pesawat di atasnya. ATC kemudian mengizinkan QZ8501 menyimpang dan meminta pilot untuk menahan agar tidak menaikkan ketinggian dulu. Namun pada saat pilot Air Asia QZ8501 hendak dihubungi bahwa jalur di ketinggian 34.000 kaki bisa digunakan, pesawat sudah hilang kontak pada pukul 06.17 WIB.
Direktur Utama AirNav Indonesia Bambang Tjahjono membantah ATC lambat merespons permintaan pilot QZ8501. Menurut Bambang, respons ATC adalah standby. "ATC sudah berikan respons untuk stanby. Jatah pesawat lain lewat di atasnya," ucapnya di kantor Otoritas Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Senin, 29 Desember 2014. Namun Bambang mengakui radar ATC tak bisa memantau keberadaan awan kumulonimbus.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan terdapat awan kumulonimbus di sepanjang rute Air Asia QZ8501. Menurut Bambang, sebelum pesawat berangkat, sudah ada prediksi cuaca dari BMKG. Namun keputusan terbang ada di pilot. "Kalau mau terbang, harus pertimbangkan data-data itu," katanya. (Baca: Dukun Belitung Siap Dilibatkan Cari AirAsia QZ8501)
KHAIRUL ANAM
Berita lain:
Awan Cumulonimbus Ancam Pencarian Air Asia
Firasat Buruk Keponakan Penumpang Air Asia
Bandara Babullah Ternate Dibuka Kembali
Jokowi: Papua Sangat, Sangat, Sangat Kaya, Namun...
Cari AirAsia,TNI AU Sisir Perairan Tanjung Pandan
