TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yunus Subagyo Swarinoto mengatakan kedalaman laut di Bangka Belitung atau tempat titik pesawat Air Asia QZ8501 hilang kontak relatif dangkal. Menurut dia, perairan di Selat Karimata hanya sedalam 40-80 meter.
"Kalau di bawah laut tidak rata, ya, cuma tepatnya di mana," kata Yunus ketika dihubungi, Senin, 29 Desember 2014. Selain kedalaman, ujar dia, wilayah laut juga bergantung pada arus. (Baca: Cari Air Asia, Basarnas Temukan Titik Terang)
Di perairan tempat pencarian Air Asia QZ8501, tutur Yunus, arus permukaan bergerak dari utara Laut Cina Selatan menuju ekuator, lalu menyeberang ke Selat Karimata dan masuk ke Jawa. Sedangkan arus dalamnya bergerak sebaliknya atau menuju Laut Cina Selatan. (Baca: Cari Air Asia, Basarnas Temukan Titik Terang)
Sayangnya, kata dia, BMKG tak bisa mengukur kecepatan arus laut tempat diduga jatuhnya Air Asia QZ8501. Menurut dia, yang bisa mengukur kecepatan arus laut adalah Dinas Hidro-Oseanografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Dishidros). Adapaun kecepatan angin di Laut Cina Selatan adalah 15-30 knot, dan kecepatan angin di Laut Jawa 10-15 knot. (Baca: Status Air Asia Jelas,Jasindo Bayar Klaim Asuransi)
Pesawat Air Asia QZ8501 rute Surabaya-Singapura dilaporkan hilang kontak sejak pukul 06.17 WIB, Ahad, 28 Desember 2014. Lokasi terakhir QZ8501 hilang kontak berada di sekitar Tanjung Pandan, Belitung. Pesawat itu membawa 155 penumpang dan tujuh kru. (Baca: Kenapa JK Sebut Penumpang AirAsia 'Korban'?)
LINDA TRIANITA
Baca juga:
Status Air Asia Jelas,Jasindo Bayar Klaim Asuransi
Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Bekasi Tinggi
Polisi Tangkap Provokator Tawuran Manggarai-Tambak
Ini Bantuan Negara Jiran Cari Air Asia QZ8501