TEMPO.CO, Jakarta - Seorang nelayan Belinyu bernama Taha melaporkan temuan serpihan di Perairan Tujuh, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka. Serpihan paling besar yang ditemukan berukuran 4x1 meter dan berwarna merah dan putih perak. (Baca:Serpihan Dudaga Air Asia Berwarna Merah dan Putih )
Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan Perairan Tujuh adalah perairan dangkal. “Kira-kira paling dalam sekitar 200 meter,” katanya, saat dihubungi, Selasa, 30 Desember 2014. Situasi ini amat menentukan kondisi pesawat dan penumpang saat ditemukan.
Bila sebuah pesawat jatuh dari ketinggian 30 ribu kaki dengan kecepatan tinggi, kemungkinan besar pesawat akan jatuh menghujam atau stall dengan kondisi hidung menukik tajam. “Saat itu pesawat langsung masuk ke dalam, baru kemudian pecah di tengah laut,” katanya. (Baca:Nelayan Ini Temukan Serpihan Diduga Air Asia)
Dengan kondisi perairan itu, maka serpihan yang ditemukan bisa saja tidak terlalu banyak. “Perairan dangkal itu cenderung berombak tenang, sehingga mudah menenggelamkan benda-benda berat di atasnya,” kata editor senior majalah Angkasa ini.
Namun Dudi tak membantah banyaknya kemungkinan yang terjadi saat pesawat jatuh di lokasi. “Belum lagi kondisi angin dan cuaca. Bisa saja serpihan itu terbawa ombak hingga ke Belinyu,” katanya. “Petunjuk apa pun sangat berharga saat ini dan harus diikuti.”
INDRI MAULIDAR
Baca juga:
Ahmad Dani Patok Honor Rp 500 Juta di Tahun Baru
2 Jejak Tuntun Pencarian Air Asia yang Hilang
Ahok, Fifi Lety, dan Guru Munafik
Puing Diduga Air Asia Ditemukan Nelayan Bangka