TEMPO.CO, Jakarta - Air traffic controller (ATC) di Jakarta sempat memanggil pilot AirAsia QZ8501 sebanyak delapan kali sebelum menghilang. "Delapan kali dipanggil, tidak ada jawaban, pesawat belok ke kiri, tapi tidak ada jawaban," kata Direktur Navigasi Penerbangan Kementerian Perhubungan Nasir Usman di kantornya, Selasa, 30 November 2014.
Pesawat berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya, pada Ahad, 28 Desember 2014, pukul 05.36 WIB. Pertama kali melakukan kontak dengan tower di Surabaya, pesawat dalam kondisi normal. Pesawat pun naik ke rute penerbangan internasional. (Baca: Ini Koordinat Serpihan Diduga Pesawat Air Asia)
"Diberi nama M635," ujar Nasir. Pada ketinggian tertentu, pesawat melakukan kontak dengan radar di Surabaya, kemudian memotong rute M635 sambil menuju level ketinggian sesuai dengan flight plan yang diisi pilot, yaitu 32 ribu kaki. Pada ketinggian di atas 24 ribu kaki, pesawat dikontrol ATC Makassar dengan radar.
Ketika mencapai perbatasan kontrol Makassar dengan Jakarta, pesawat ditransfer dari radar Makassar ke Jakarta. Pada 06.11 WIB, pesawat mengkontak kontrol di Jakarta serta menyatakan berada di ketinggian 32 ribu kaki. "Dan meminta kepada kontrol di Jakarta untuk agak belok ke kiri, pilot mengatakan untuk menghindari weather," ujar Nasir. (Baca: Air Asia, Ditemukan Serpihan Pesawat di 3 Lokasi)
ATC Jakarta mengizinkan QZ8501 berbelok ke kiri. Waktu itu, pilot belum meminta naik dari ketinggian 32 ribu kaki ke flight level 380. Namun ada permintaan dari pilot ke ATC Jakarta untuk naik ke flight level 380. "Dan pesawat ini sudah mulai belok ke kiri," tutur Nasir.
Dia menuturkan ATC Jakarta belum bisa mengizinkan pilot naik ke flight level 380 karena di sekitarnya ada tujuh pesawat. Salah satunya adalah pesawat Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Pontianak yang terbang di ketinggian 35 ribu kaki. Pesawat lainnya adalah Air Asia dengan nomor penerbangan QZ550 dari Denpasar menuju Kuala Lumpur pada flight level 340.(Baca: Cari Air Asia, Pilot TNI Lihat Tubuh Manusia)
Lantaran Air Asia QZ8501 menuju wilayah kontrol negara lain, yaitu Singapura, ATC Jakarta pun meminta izin ke Singapura. "Sambil menunggu itu, pesawat sudah ditanya dan diminta stand by," ujar Nasir. Dia mengatakan ATC meminta pesawat tersebut stand by karena harus berkoordinasi dengan negara tetangga. Kemudian, ATC Jakarta memanggil pesawat itu, tapi sudah tidak ada jawaban.
MARIA YUNIAR
Baca juga:
Titik Temuan Serpihan dan Pelampung Diduga Air Asia
Pesta Oplosan, Empat Warga Lumajang Sekarat
Cari Air Asia, Basarnas Pantau Serpihan di Bangka
Pemerintah Genjot Produksi Pertamax