TEMPO.CO, Jakarta - Film besutan Angga Dwimas Sasongko, Cahaya dari Timur: Beta Maluku, kembali meraih penghargaan. Setelah Festival Film Indonesia, Tempo memilih film ini sebagai film terbaik sepanjang 2014. Bukan karena mengekor FFI, karena Tempo punya alasan mengapa film ini kami pilih. Kebetulan dan baru pertama kali ini pilihan Tempo sama dengan pilihan FFI.
Film ini tak hanya menceritakan tentang sepak bola. Namun persoalan politik, agama, konflik sosial dalam film ini juga meluncur dahsyat. Tim menilai Angga menyatukan tema olahraga sekaligus toleransi agama dalam filmnya.
Sekilas, film ini boleh dikatakan mirip dengan film sepak bola yang diproduksi sebelumnya: Garuda di Dadaku, Hari Ini Pasti Menang, Garuda 19, dan Tendangan dari Langit. Namun Cahaya dari Timur adalah film yang berbeda. Film ini menciptakan plafon baru bagi film sepak bola di Indonesia. Sutradara Angga meramu cerita dari pengalaman pribadi sosok Sani Tawainella pada pertengahan 2000. Sani adalah alumnus tim nasional di bawah usia 15 tahun. Sani diperankan oleh Chicco Jerikho, yang juga menjadi aktor terbaik pilihan Tempo.
Film ini menyuguhkan lanskap sosial konflik antara warga Desa Tuhelu, yang bernapaskan Islam, dan Warga Passo yang bersenyawa dengan Kristen. Sani, tukang ojek, mencoba menciptakan kedamaian melalui sepak bola agar anak-anak tak ikut berkelahi. Sani tak hanya bergelut untuk mengelola sepak bola untuk anak-anak desa saja, tapi juga berjibaku untuk kehidupan rumah tangganya.
Sepak bola kembali menunjukkan perannya secara personal dan sosial. Lewat film ini, kita bisa membincangkan masalah di Indonesia timur dengan lugas, tak lagi muncul perspektif pusat. Ibu Kota tak terlalu disorot, kecuali sebagai situs pertandingan semata.
DIAN Y. | MBM Tempo
Berita Lain
Air Asia Raib, Akun Indigo Ini Bikin Heboh
Air Asia dan Kisah di Balik Layar Liputan Adam Air
Dukun Mau Bantu Cari Air Asia, Ini Respons Basarnas
Ini Penguasa Air Asia Indonesia