TEMPO.CO, Jakarta - Kejanggalan demi kejanggalan menyertai penerbangan terakhir AirAsia QZ8501. Di darat, pilot disebut tak mengambil dokumen cuaca dan keselamatan. Di udara, Air Traffic Control, yang tak cukup informasi soal cuaca, pun terlambat merespons permintaan pilot.
Berikut ini penelusuran Tempo di balik musibah AirAsia QZ8501.
1. Tanpa Dokumen Cuaca
AirAsia baru mengambil bahan informasi cuaca 42 menit setelah pesawat AirAsia QZ8501 menghilang. Hal ini terungkap melalui dokumen yang dikirim Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika kepada Menteri Perhubungan pada 31 Desember 2014. BMKG tak membantah dokumen tersebut. (Baca: BMKG: Air Asia Terbang Tanpa Bawa Laporan Cuaca)
2. Terbang dalam Peringatan
European Aviation Safety Agency memperingatkan maskapai ihwal pesawat Airbus tipe tertentu agar mewaspadai potensi pesawat lepas kendali ketika menanjak. Dokumen itu diterbitkan pada 9 Desember 2014 dan ditujukan untuk Airbus jenis A320-216 seperti yang dipakai AirAsia.
3. Hambatan Komunikasi
ATC di Bandara Soekarno-Hatta tidak memberi tahu cuaca buruk di atas Selat Karimata. Padahal BMKG mengetahui keberadaan awan kumulonimbus yang menjulang hingga ketinggian 40 ribu kaki. Permintaan pilot AirAsia QZ8501 untuk terbang lebih tinggi baru dibalas setelah lebih dari 2 menit. (Baca: Korban AirAsia QZ8501 Ketemu, Masih Ada 10 Misteri)
TIM TEMPO
Berita Terpopuler
Fakta tentang 15 Korban Air Asia QZ8501
Pilot Air Asia QZ7510 Terendus Pakai Narkoba
Bodi Pesawat Air Asia Sudah Ditemukan?