TEMPO.CO, Jakarta - Antrean belasan orang, baik laki-laki maupun perempuan, mengular di depan toilet umum yang berada di sekitar kawasan Taman Fatahillah. Ada dua titik toilet umum tersedia, di depan Kantor Pos dan di depan Kafe Bangli Kopitiam, di tengah ribuan masyarakat yang berjejalan di Taman Fatahillah. (Baca: Parkir Liar Picu Kerusakan Kota Tua)
Di depan Kantor Pos, antrean tak membedakan jenis kelamin karena dua toilet yang disediakan tak memisahkan antara laki-laki dengan perempuan. Bau pesing dapat tercium dari jarak dua meter, tetapi tersamar bau otak-otak goreng karena beberapa pedagang yang memarkirkan gerobak tak jauh dari toilet. Antrean panjang ini terpecah saat seorang pengunjung mendapati toilet kehabisan air. "Habis airnya bu, mending beli air dulu," kata pengunjung ini kepada seorang perempuan yang tengah mengantre. (Baca: Ahok Ingin IKJ Pindah ke Kota Tua)
Antrean seketika buyar. Banyak yang mundur, mencari toilet lain atau mundur, kemudian kembali lagi dengan sebotol air minum kemasan dan mengulangi antrean. "Saya sudah antre hampir setengah jam tapi diberi tahu air habis jadi beli air lalu mengulang antri, habis nggak ada pilihan lain," kata Ayu Rahmanisa, 34 tahun, warga Tanah Kusir. Ia menyatakan kapok datang ke Kota Tua yang menurut dia serba jorok dan sesak. "Toilet jorok, pesing, dan jalan yang penuh sampah bikin saya kapok," kata dia.
Penjaga toilet tak berusaha mencarikan air. Juga tak berusaha memberitahu pengunjung bahwa air sudah habis. Ia justru sibuk merapikan lembaran uang Rp 2 ribu dalam genggaman. Dalam toilet yang bercat biru itu, ada puluhan botol air minum kemasan berkapasitas 900 mililiter berserakan di lantai toilet. (Baca: Museum Mulai Buka, Pengunjung Serbu Kota Tua)
Kondisi serupa ditemui di toilet umum lain yang ada di depan Bangli Kopitiam. Ada antrean yang terpisah antara laki-laki dan perempuan mengikuti pemisahan peruntukan toilet. Bau pesing langsung tercium dari jarak tiga meter. Tak pelak, pengantre harus menggunakan masker, saputangan, tisu, bahkan ada yang membebatkan jaket menutup hidung.
Air kembali menjadi masalah sebab toilet ini juga kehabisan air sejak pukul 17.30 WIB. Tetapi, kondisi toilet lebih bersih sebab penjaga toilet akan membuang sampah setiap sejam sekali. Lantai toilet yang terbuat dari plastik tak melengkung seperti toilet yang di depan Kantor Pos. Kedua toilet portabel ini hanya memiliki satu gantungan besi untuk menggantungkan barang bawaan. (Baca: Pengunjung Membeludak, Sampah Kota Tua Berserakan)
Untuk mengakses dua toilet ini, pengunjung harus membayar Rp 2 ribu. "Sebetulnya nggak ikhlas mau bayar toilet yang tidak nyaman seperti itu, tapi kalau kebelet susah ditahan," kata Yuni Suciwati, 46 tahun, warga Pademangan. Ia berharap pengelola kawasan lebih memperhatikan fasilitas umum yang terlihat sepele ini. "Tidak masalah membayar asal tempatnya bersih, tidak pesing, dan air terjamin ada terus," katanya.
DINI PRAMITA
Baca berita lainnya:
Ini Pesan Terakhir Teknisi Air Asia di Blackberry
Ahok Promosikan Penemu Puing Air Asia, Siapa Dia?
Fakta tentang 15 Korban Air Asia QZ8501
Pilot Air Asia QZ7510 Terendus Pakai Narkoba