TEMPO.CO, Surabaya - Presiden Direktur PT AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko akhirnya angkat bicara soal tidak diambilnya laporan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Juanda. (Lokasi Ekor Pesawat AirAsia QZ8501 Ditemukan)
"AirAsia Indonesia sangat memperhitungkan dan berhati-hati dalam mengevaluasi laporan cuaca dari BMKG," kata Sunu kepada Tempo, Jumat malam, 2 Januari 2015. (Tiga Kejanggalan Musibah Air Asia)
Sunu menjelaskan laporan cuaca dikirim Stasiun Meteorologi Bandara Internasional Soekarno-Hatta dalam bentuk surat elektronik. Surat dikirim kepada unit Operation Control Center AirAsia Indonesia di seluruh Indonesia.
"Dokumen itu kemudian dicetak dan dibawa terbang oleh pilot," kata dia. Menurut Sunu, hal ini lazim dilakukan oleh maskapai-maskapai global.
Sebelumnya, beredar dokumen surat dari Kepala BMKG, Andi E. Sakya, kepada Menteri Perhubungan. Isi surat bertanggal 31 Desember 2014 itu menyatakan bahwa AirAsia QZ8501 terbang tanpa laporan cuaca dari BMKG. (Air Asia QZ8501, Surat BMKG Ini Picu Jonan Marah)
Ini diketahui dari log book di Stasiun Metereologi Juanda. AirAsia baru mengambil laporan cuaca pukul 07.00 Ahad, 28 Desember 2014 atau setelah lost contact. Padahal pesawat AirAsia take off dari Bandara Juanda pukul 05.36.
AGITA SUKMA LISTYANTI
Berita Terkait:
AirAsia QZ8501, 5 Fakta dan 5 Tanda Tanya
Alasan Briefing Cuaca Wajib bagi Para Pilot
Cari Air Asia, Rusia Kerahkan 2 Pesawat Hari Ini
Cari Air Asia, Tim SAR Berlomba dengan Waktu
KSAU Sebut Penerbangan AirAsia QZ8501 Berbahaya