TEMPO.CO, Dubai - Arab Saudi berencana membuka lagi kedutaan besar di Irak yang telah ditutup selama 25 tahun terakhir. Delegasi Arab Saudi bertolak ke Baghdad dalam rangka persiapan pembukaan tersebut, Sabtu, 3 Januari 2015.
Pemulihan hubungan antara pemerintahan Sunni-Arab Saudi dengan pemerintahan Syiah-Irak dapat memperkuat aliansi kawasan melawan militan ISIS yang telah menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah. (Baca: Asyik Nge-tweet, Anggota ISIS Gagal Ngumpet )
Arab Saudi menutup kedutaan di Baghdad pada 1990, pasca invasi pemimpin Irak, Saddam Hussein, ke Kuwait kala itu. Arab Saudi telah lama menuduh Irak terlalu dekat dengan Iran, pesaing utamanya di kawasan Timur Tengah dan mendorong diskriminasi sektarian terhadap Sunni. Tuduhan itu dibantah Irak.
Menurut Abdullah Al-Askar, ketua komite urusan luar negeri Dewan Syura Arab Saudi, langkah itu akan mengembalikan Irak ke negara Arab, setelah absen sejak tergulingnya rezim Saddam Hussein dan penetrasi rezim Iran ke dalam negeri Irak. (Baca: Madinah Dibangun, 12 Ribu Orang Menganggur)
Arab Saudi mulai mendekat ke Irak sejak Haider Al-Abadi terpilih sebagai Perdana Menteri Agustus lalu.
Mustafa Alani, pengamat keamanan Irak yang dekat dengan pemerintah Saudi mengatakan langkah itu dipicu perubahan kepemimpinan di Irak dan ancaman ISIS. "Arab Saudi berpikir ada celah saat ini. Jika mereka meninggalkan Abadi tanpa bantuan, dia terpaksa minta bantuan ke Iran," kata Alani. (Baca: Forbes: Raja Abdullah Paling Berkuasa di Timur Tengah)
Saudi Press Agency, mengutip sumber kementerian luar negeri, menyatakan selain membuka kedutaan, Kerajaan itu juga berencana membangun konsulat di Arbil, Ibukota wilayah Kurdistan di Irak.
REUTERS | NATALIA SANTI
Topik terhangat:
AirAsia | Banjir | Natal dan Tahun Baru | ISIS | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Geger, Menteri Jonan Damprat Direktur Air Asia
Korban Air Asia QZ8501 Ditemukan Duduk di Kursi
Pengalaman KSAU Menembus Awan Cumulonimbus
AirAsia QZ8501, 5 Fakta dan 5 Tanda Tanya