TEMPO.CO, Washington - Amerika Serikat kembali memberikan sanksi ekonomi kepada Korea Utara pasca serangan cyber terhadap Sony Pictures Entertainment, produser film komedi “The Interview”, Jumat, 2 Januari 2015. (Baca: 4 Hari Tayang, The Interview Raih Rp 33 Miliar)
Pemerintahan Presiden Barack Obama menyebut tiga organisasi, termasuk badan intelijen militer, dan 10 orang yang terkait dengan penjualan senjata dan proliferasi nuklir Korea Utara.
Tiga organisasi tersebut di antaranya badan intelijen utama Pyongyang, yang disebut Reconnaissance General Bureau. Dua lagi, Korea Mining Development Trading Corp (KOMID) yang merupakan penyalur senjata, serta Korea Tangun Trading Corp, penyedia teknologi dan komoditas untuk mendukung program riset dan teknologi pertahanan Korea Utara. (Baca: Mengejek Diktator, The Interview Bukan Satu-satunya)
“Merespons sejumlah provokasi dari pemerintah Democratic People’s Republic of Korea (nama resmi Korea Utara), khususnya serangan cyber yang membidik Sony Pictures Entertainment serta ancaman terhadap bioskop dan para pengunjungnya, baru-baru ini, Presiden (Barack) Obama menandatangani Perintah Eksekutif yang mengesahkan sanksi terhadap pemerintah dan partai buruh Korea Utara,” ungkap pernyataan Kementerian Keuangan Amerika Serikat tertanggal 2 Januari 2015. (Baca: The Interview Rilis, Korea Utara Salahkan Obama )
Ke-sepuluh pejabat Korea Utara yang dimasukkan dalam daftar sanksi antara lain, Kil Jong Hun, wakil KOMID untuk Namibia dan Kim Kwang Yon, wakil KOMID untuk Afrika Selatan, Jang Song Chol, wakil KOMID di Rusia, Yu Kwang Ho, Kim Yong Chol dan Jang Yong Son, wakil KOMID di Iran, Kim Kyu, pejabat urusan internal KOMID, Ryu Jin dan Kang Ryong, pejabat operasi KOMID di Suriah, serta Kim Kwang Chun, wakil Korea Tangun Trading Corporation di Shenyang, Cina. (Baca: The Interview, Pemeran Kim Jong-un Belajar di HBO )
Pyongyang membantah keterlibatannya dalam serangan cyber, yang menurut pengakuan pelakunya, kelompok Guardian of Peace, terkait dengan "The Interview", film komedi yang mengolok-olok dan merancang pembunuhan terhadap pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. (Baca: The Interview Jadi Simbol Perlawanan Amerika )
Menteri Keuangan Jacob J. Lew dalam pernyataannya mengatakan Washington "berkomitmen untuk mendesak Korea utara bertanggung jawab atas tindakannya yang merusak dan menimbulkan ketidakstabilan." Lew mengatakan meskipun penyelidikan FBI terhadap serangan cyber terus berlangsung, sanksi itu menegaskan upaya pemerintah AS melindungi warga dan bisnisnya. (Baca: Cina: Tak Ada Bukti Korea Utara Retas Sony )
Menurut Reuters, sanksi ekonomi dianggap efektif menekan Iran dan Rusia, namun selama ini tidak berdampak signifikan terhadap Korea Utara, yang telah dijatuhi sanksi Washington selama lebih dari 50 tahun terakhir. Sanksi melarang individu dan perusahaan Amerika Serikat berbisnis dengan mereka yang masuk dalam daftar serta membekukan semua asetnya di wilayah AS.
REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA | NATALIA SANTI
Topik terhangat:
AirAsia | Banjir | Natal dan Tahun Baru | ISIS | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Geger, Menteri Jonan Damprat Direktur Air Asia
Korban Air Asia QZ8501 Ditemukan Duduk di Kursi
Pengalaman KSAU Menembus Awan Cumulonimbus
AirAsia QZ8501, 5 Fakta dan 5 Tanda Tanya