TEMPO.CO, Purwokerto - Untuk kedua kalinya, Festival Film Disabilitas (FFDIS) kembali digelar di Yogyakarta. Pada tahun 2013, FFDIS digelar sebagai bagian dari upaya mengutamakan isu difabel di Indonesia.
Berbagai film dokumenter diikutsertakan oleh para film maker dalam festival film disabilitas yang didukung oleh United Cerebral Palsy-Roda untuk Kemanusiaan Indonesia. "Sejumlah karya film yang mengangkat tema difabilitas itu cukup membantu memberi pandangan tentang kehidupan para difabel di Indonesia, tentu dalam sudut pandang yang beragam," kata Pambudi, Direktur FFDIS, Ahad, 4 Januari 2015. (Baca: Empat Kebijakan Jokowi untuk Industri Kreatif)
Pambudi mengatakan, pada kompetisi FFDIS kali ini, selain kategori film dokumenter, juga ada kategori film fiksi yang dikompetisikan. Sejumlah 29 karya film, baik dokumenter maupun fiksi, turut serta memeriahkan FFDIS #2. Sejumlah film adalah karya pelajar dari berbagai SMU/SMK di Indonesia.
Ia mengatakan karya film yang diikutkan dalam FFDIS bisa dimanfaatkan untuk membantu kampanye pemenuhan hak-hak kelompok difabel di Indonesia. Biar pun beberapa karya film, khususnya kategori film fiksi, masih menjadikan difabel sebagai obyek film dan terkesan sangat mendramatisasi. Meski demikian, penyelenggara FFDIS sangat mengapresiasi karya-karya film tersebut sebagai cara baru mendekatkan isu difabilitas kepada publik. (Baca: Jokowi Tonton 3 Film Indonesia Ini Sejak 2013 )
Lebih lanjut, Pambudi mengatakan bahwa ragam cara pandang terhadap difabel dalam film yang disertakan pada FFDIS #2 itu menunjukkan representasi pandangan masyarakat terhadap difabel yang masih dianggap sebagai entitas yang berbeda.
Baca Juga:
Pada kompetisi tahun ini, ragam karya film tentang difabilitas diputar di berbagai kota sebelum digelarnya acara penganugerahan atas karya film terbaik yang diikutkan dalam FFDIS #2. Penyelenggara FFDIS #2 bekerja sama dengan berbagai komunitas film di berbagai kota, seperti Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta, menggelar pemutaran karya-karya film yang disertakan dalam FFDIS #2 sejak 1 Desember 2014. "Tujuannya untuk memperluas isu difabilitas sekaligus menjaring input (kritik) atas karya film tersebut," katanya. (Baca: Ini Daftar Pemenang FFI 2014)
Masih menurut Pambudi, pada 7 Januari 2015 nanti, FFDIS #2 akan menggelar malam penganugerahan (awarding) atas karya film yang diikutkan dalam FFDIS #2 di Lembaga Indonesia Prancis (LIP) Yogyakarta mulai pukul 19.00. Sejumlah pihak penentu kebijakan (pemerintah) dan aktivis difabel akan hadir untuk terlibat dalam talkshow yang akan mendiskusikan aksesibilitas publik bagi difabel di Indonesia.
ARIS ANDRIANTO
Baca berita lainnya:
Surat Cinta Menteri Jonan untuk Para Pilot
Jonan Bekukan Rute Air Asia, Singapura Bereaksi
Ribut AirAsia , Jonan Panggil Dua Pejabat Ini
Pilot AirAsia Berjilbab Hebohkan Netizen
Risma Tak Percaya Peringatan Dini Amerika Serikat