TEMPO.CO, Jakarta - Kantor seluas 1.100 meter persegi itu seperti ruang bermain nan asyik. Pintu masuknya dibikin mirip dengan boks telepon umum di Kota London, Inggris. Warnanya merah menyala, dilengkapi dengan kotak-kotak kaca persegi di bagian tengahnya.
Begitu kita masuk ke kantor itu, yang tersuguh di depan mata adalah sejumlah meja kayu bundar yang dikelilingi empat kursi kayu. Warnanya beragam. Ada biru, putih, dan kuning. Kursi-kursi itu punya detail berbeda di bagian sandarannya.
Kantor ini adalah bagian dari Jakarta Praise Community (JPC) Church, gereja yang dibentuk komunitas Jakarta Praise Center-Youth Ministry pada Maret 1996. Lokasi gereja dan kantor sengaja dibikin terpisah. Sementara gereja JPC berlokasi di dalam mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, dan Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, kantornya berada di DIPO Tower, Jakarta Barat.
Dulu, kantor gereja JPC berada di Wisma BNI, Jakarta Pusat. Pada 2013, mereka menggeser kantor itu dengan mempercayakan desain arsitektur dan interiornya sekaligus kepada Marcello Sidharta.
Di tangan Cello--panggilan akrab Marcello Sidharta--kantor gereja JPC menjelma menjadi tempat bekerja yang menyenangkan. Kesan kantor tak hanya ceria, tapi juga muda. "Konsep kami adalah playful dan industrial,” ujar Cello saat ditemui di kantornya di Kelapa Dua, Jakarta Barat, Rabu pekan lalu.
Ruang kantor yang diresmikan pertengahan tahun lalu itu sukses menyiratkan kesan menyenangkan, setidaknya dari pengaturan ruang yang minim sekat sehingga terkesan lapang serta pemilihan jenis dan warna perabot serta ubin yang cerah. Beberapa bagian ruangan dan perabot juga dibiarkan mentah dan tak dipulas cat secara sempurna, khas gaya industrial yang belakangan kian marak.