TEMPO.CO , Pontianak: Masyarakat Dusun Cermai Desa Sebubus Kecamatan Paloh, Kalimantan Barat, menemukan puluhan peti kemas asal Kinabalu, Malaysia terdampar di Pantai Kampak, Sabtu lalu. Belum diketahui jumlah pastinya karena peti kemas tersebut tersebar di sepanjang pantai, dan baru terlihat saat air surut.
Sunedi, 50 tahun, warga setempat yang pertama kali menemukan peti kemas itu. Ia awalnya melihat enam buah peti kemas. "Salah satu ada yang dalam keadaan pecah. Di dalamnya terdapat gulungan besar kertas olahan," katanya.
Sehari sebelumnya, Sunedi melihat sebuah kapal kargo yang diduga tengah memuat peti kemas sedang melakukan labuh jangkar yang jaraknya kurang lebih 8 mil dari bibir Pantai Kampak. Pantai Kampak sendiri berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia, yakni Desa Melano, Sarawak Malaysia.
Kapal kargo tersebut tampak pukul 19.00 WIB, lampu kapal kargo tersebut masih terpancar dan terlihat dari Pantai Kampak. Masyarakat langsung melaporkan penemuan tersebut ke Babinsa setempat.
Denintel Kodam XII/Tanjungpura, Kapten Inf Andry Christian, mengatakan mempunyai beberapa foto dari warga setempat. "Peti kemas berwarna merah ada dua, sisanya warna biru," kata Andry. Peti kemas yang berwarna merah tersebut berukuran 6x2 meter dan di sudut bawah kiri bertuliskan TTNC 3665380.
Sedangkan yang berwarna biru berukuran 8x2 meter, bertuliskan Wan Hai pada dinding peti kemas dan di sudut bawah kiri bertuliskan WHLU 5268492. "Ternyata, tiga dari enam peti kemas tersebut dalam keadaan pecah. Di dalamnya ditemukan sebanyak 140 gulungan kertas putih yang kemungkinan masih mentah. Gulungan besar kertas seperti gulungan tisu toilet tersebut berukuran diameter satu meter dengan lebar bervariasi mulai 15, 30 hingga 60 centimeter," paparnya.
Dua jam setelah penemuan peti kemas itu, kondisi air laut kemudian surut dan didapati masih banyak peti kemas yang terlihat di sekitar Pantai Kampak. Ada puluhan peti kemas. "Sementara satu orang pun tidak ada yang ditemukan di sekitar Pantai Kampak," katanya.
Peti kemas berikut isinya kemudian diamankan oleh warga sekitar Pantai Kampak. Sedangkan kapal kargo tersebut sudah tidak terlihat lagi di sekitar perairan Pantai Kampak pada saat itu.
Andry menjelaskan, pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa instansi terkait termasuk Camat Paloh dan Pemkab Sambas atas penemuan puluhan peti kemas itu. "Pemkab Sambas sudah mengecek semuanya. Kemudian diadakan rapat. Keputusannya, apabila dalam waktu selama dua minggu tidak ada yang mengakui, maka akan disita menjadi aset negara," ujarnya.
Hingga Selasa siang, 6 Januari 2015, menurut Andry, belum ada konfirmasi tentang pemilik puluhan peti kemas. "Tapi kemarin kami cek ke Syahbandar Pontianak, namun pihak Syahbandar tidak tahu hal tersebut. Kemudian cek ke Bea Cukai, namun juga belum tahu. Samudera Indah juga belum tahu," katanya.
Sampai akhirnya, kata Kapten Inf Andry, pengecekan administrasi dilakukan di perwakilan peti kemas dunia, Wan Hai di Pontianak. "Kebetulan perwakilan di Pontianak ada, jadi kita cek kesana. Salah satu peti kemas dengan nomor WHLU 5268492 yang berada di sudut bawah kiri peti kemas tersebut begitu dicek, ternyata dimuat oleh kapal Danum 69/2120," ujarnya.
Peti kemas dengan nomor WHLU 5268492 tersebut dimuat ke kapal kargo Danum 69/2120 di Kinabalu, Malaysia pada Ahad, 28 Desember 2014 pukul 14.20 WIB. Rencananya akan dibawa ke Manila, Filipina. "Itu data yang kami dapat dari kepala administrasi PT Krisna Muda sebagai perwakilan Wan Hai di Pontianak. Namun ketika kami tanyakan pemilik kapal atau peti kemas berikut isinya tersebut, beliau tidak bisa menyebutkannya karena itu merupakan otoritas negara asal pemuatan peti kemas tersebut," katanya.
Menurut aparat yang bertugas di kawasan Paloh, kata Andry, ada sebuah kapal yang tampak berlabuh pada pagi dengan jarak pemandangan sekitar 10 mil. Namun kapal itu berada di perairan zona bebas. "Kemungkinan itulah kapal yang memuat peti kemas tersebut. Anggota kita juga tidak punya perlengkapan untuk menjangkau lokasi kapal tersebut. Sedangkan kondisi ombak saat ini sudah mencapai 4 hingga 5 meter," terangnya.
Melihat asal dan tujuan kapal kargo berdasarkan data dari perwakilan peti kemas dunia Wan Hai di Pontianak ini, kawasan perairan Pantai Kampak tidak termasuk alur yang dilewati. "Namanya kapal di laut, bisa saja terdampar akibat cuaca alam yang sedang buruk," jelasnya lagi.
Pemeriksaan isi peti kemas itupun dilakukan hanya terhadap peti kemas yang sudah pecah. "Kita tidak ada wewenang untuk membongkar semua peti kemas. Asintel juga menyampaikan pesan bahwa masyarakat tidak boleh mengganggu peti kemas tersebut," pungkasnya.
ASEANTY PAHLEVI
Baca juga:
Kapal Ternak Tenggelam di Perairan Sumenep
Kasus Pemred Jakarta Post Diserahkan ke Dewan Pers
Gelandangan Telantar di RS Dijamin Pengobatannya
Ulama Malaysia Haramkan Yoga dan Kopi Luwak