TEMPO.CO, Ankara - Seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di kawasan wisata ternama di Istanbul menewaskan seorang polisi dan menyebabkan ssejumlah orang cedera. Keterangan tersebut disampaikan oleh Gubernur Kota, Vasip Sahin.
Peristiwa itu bermula dari kedatangan seorang perempuan ke kantor polisi di Distrik Sultanahmet, Selasa, 6 Januari 2015. Dia berbicara dalam bahasa Inggris melaporkan kehilangan dompet dengan tenang. "Sesaat kemudian, dia meledakkan dirinya," kata koresponden Al Jazeera, Bernard Smith.
Distrik Sultanahmet merupakan daerah wisata yang sangat terkenal di dunia. Di kawasan ini berdiri sebuah Masjid Biru dan museum Aga Sophia yang dikunjungi oleh ribuan warga Turki dan wisatawan manca negara saban hari.
Kantor berita AFP dalam laporannya menyebutkan, petugas gawat darurat tampak di tempat kejadian perkara dan jalur trem ke kota untuk sementara dihentikan. Menurut Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu kepada wartawan, pelaku membawa dua bom namun satu lagi berhasil diamankan. Dia menjelaskan, belum begitu jelas apakah pelaku memiliki hubungan dengan kelompok lain, tetapi dia telah mengeluarkan perintah penyelidikan atas peristiwa tersebut.
"Pihak bewajib sedang melakukan investigasi apakah kejadian ini memiliki keterkaitan dengan kelompok garis keras lainnya. Kami telah menginstruksikan untuk dilakukan investigasi mendalam," ucapnya. Dia melanjutkan, "Pelaku membawa dua bom namun salah satu bom berhasil dijinakkan petugas keamanan. Seorang polisi cedera. Pasukan kepolisian dan petugas intelijen kini sedang melakukan investigasi di sana untuk menyelidiki kejadian tersebut dengan kelompok lain," kata Davutoglu kepada wartawan di Ibu Kota Ankara.
Stasiun televisi Turki, Show TV, memperlihatkan gambar seorang perempuan pelaku bom bunuh diri berjalan di jalan. "Sampai sejauh ini belum diketahui kebangsaan atau identitas pelaku bom bunuh diri," kaa pejabat Turki yang tidak disebutkan namanya.
Serangan bom bunuh diri ini berlangsung lima hari setelah seorang anggota kelompok terlarang Marxis menyerang pasukan kepolisian di luar Istana Dolmabahce. Pelaku yang diidentifikasi bernama Firat Ozcelik itu melemparkan dua granat ke polisi keamanan yang sedang bertugas menjaga istana namun kedua bom gagal meledak. Kelompok sayap kiri Front Partai Pembebasan Rakyat Revolusioner (DHKP-C) mengaku bertanggung jawab atas serangan di Istana Dolmabahce. Istana ini merupakan kantor sekaligus kediaman Perdana Menteri Turki.
Bom bunuh diri jarang terjadi di Turki sejak pemerintah membuka perundingan damai dengan Partai Pekerja Kurdi atau PKK untuk mengakhiri pemberontakan yang berlangsung 30 tahun. Belakangan, DHKP-C kerap melakukan serangan sporadis termasuk serangn bom bunuh diri di kedutaan besar Amerika Serikat pada 2013 mengakibatkan seorang petugas keamanan tewas.
AL JAZEERA | AL ARABIYA | CHOIRUL