TEMPO.CO, New York - Penembakan kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, Prancis, memunculkan reaksi keras dari banyak pihak. Para jurnalis dan penulis pun menganggap aksi brutal ini sebagai teror terhadap kebebasan berekspresi.
Salman Rushdie, penulis kontroversial asal Inggris, ikut berkomentar. Penulis novel The Satanic Verses atau Ayat-ayat Setan ini mengatakan serangan semacam ini adalah bentuk reaksi khas terhadap kritik-kritik atas ajaran agama. (Baca: Muslim Ini Tewas Akibat Serangan ke Charlie Hebdo)
"Agama, produk abad pertengahan yang tidak masuk akal, ketika dikombinasikan dengan senjata modern menjadi ancaman nyata untuk kebebasan," kata Rushdie seperti dikutip CNN Money pada Kamis, 8 Januari 2015. Menurut Rushdie, totalitarianisme agama telah menyebabkan mutasi yang mematikan dalam agama Islam. "Kita melihat konsekuensi tragis di Paris hari ini." (Baca: 10 Kartun Charlie Hebdo yang Kontroversial)
Rushdie mengatakan akan berdiri bersama Charlie Hebdo untuk mempertahankan tradisi kritik melalui sindiran, yang selama ini menjadi kekuatan untuk melawan tirani, kebohongan, dan kebodohan. Menurut dia, selama ini upaya untuk menghormati agama telah berubah menjadi rasa takut. "Padahal, agama seperti juga ide-ide yang lain, layak mendapatkan kritik, sindiran, dan rasa tidak hormat," kata Rushdie.
Rushdie dan para awak Charlie Hebdo mungkin bisa disamakan dalam beberapa sisi. Hasil karya mereka dianggap melecehkan Islam, dan mengakibatkan mereka berulang kali menerima ancaman pembunuhan. Setelah Rushdie menelurkan Ayat-ayat Setan pada 1988, dia mendapatkan fatwa mati dari pemimpin Iran, Ayatullah Khomeini, lantaran novel itu melecehkan Nabi Muhammad SAW dan Islam.
CNN | FERY F.
Berita Terpopuler
Sindir ISIS, 11 Pekerja Majalah Tewas Ditembak
Menteri Jonan: Kenapa Saya Harus Tunduk Singapura?
Penyerang Charlie Hebdo: Ini Pembalasan Nabi!