TEMPO.CO, Pangkalan Bun - Memotret alam bawah laut bukan perkara mudah. Penyelam harus bergelut dengan arus yang kencang dan pekatnya air di dasar laut. Sersan Mayor Rudi Hartanto, 47 tahun, menyelami ratusan kilometer perairan Indonesia lebih dari 24 tahun. Tak hanya menyelam, Rudi harus memotret setiap temuan untuk dokumentasi Dinas Penerangan Angkatan Laut Indonesia. (Baca: Beresi Kisruh Penerbangan, Jonan Ikuti Cara Susi)
"Saya bisa menyelam laut, dalam cave, atau bangkai kapal, atau tenggelam seperti Air Asia, walaupun visibilitasnya nol," kata Koordinator Kamerawan Kadispen Angkatan Laut Sersan Mayor Rudi Hartanto. Saat tak bertugas memotret evakuasi Air Asia, seperti Kamis siang lalu, Rudi berbagi cerita dengan wartawan di posko Lapangan Udara Iskandar Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. (Baca: Curhat Penyelam Air Asia, Bolven-Oo dan Pembuktian)
Rudi tak pernah gagal mengepakkan kaki kataknya di laut berpasir dan berlumpur. Saat menyelam di perairan berlumpur, Rudi melihat dengan jemari. Penyelam belut meraba penuh konsentrasi. "Saya menyelam bukan di air lagi tapi jadi penyelam belut, menyelam dalam lumpur dengan mata diganti jari," kata penyelam yang tergabung dalam tim Shark 25 ini. (Baca: Perjanjian Pranikah Korban Air Asia Susahkan Risma)
Rudi tak memakai peralatan khusus, hanya peralatan selam pada umumnya. Ia memakai scuba tank, BCD dan regulator, fin, masker, snorkell, switch bell, dive map, dive computer, kamera, dan jam. Terkadang, Rudi harus menggunakan pemberat yang diselipkan pada gespernya. Semakin banyak jumlah pemberat, semakin dalam ia menyelam. Sedangkan alat bantu lain biasa diselipkan di antara dua kaki supaya tak mudah tersangkut. "Kalau pemberatnya seimbang, bisa buoyancy netral. Bisa tenang saat mengambil gambar," ujarnya.
Senjata utamanya yaitu kamera anti-air berupa-rupa. Ia memakai kamera video Sony PD170, dengan housing atau pelindung air equinox HD10, DSLR, dan terkadang GoPro. Peralatan ini mampu dibawa menyelam pada kedalaman hingga 100 meter. Kamera harus diikatkan pada pemberat sebesar 15 kilogram agar bisa tenggelam. "Underwater photographer, kan, berbeda. Sebelum saya main, saya turun dulu. Satu meter tak ada rembesan atau embun, aman," kata lelaki mantan anggota Armada Penyelamatan Bawah Air (Armabar) ini. (Baca: Keluarga Jadi Korban Air Asia, Ibu Tak Diberi Tahu)
PUTRI ADITYOWATI
Baca berita lainnya:
Interupsi Khotbah Jumat, FPI: Itu Kurang Beradab
Heboh, Dosen IAIN Ajak Mahasiswa Belajar di Gereja
Soal Charlie Hebdo, Ini Kata Penulis Ayat Setan
4 Kartunis Nyentrik Korban Serangan Charlie Hebdo
'PNS Seksi' di Kota Bekasi Ditegur