TEMPO.CO, Selat Karimata - Sersan Mayor Bovlen Sirait menyeka keringat yang bercucuran pada wajahnya. Meski lelah lantaran baru saja selesai menyelam sampai kedalaman 25 meter di Selat Karimata, senyum Bovlen terus mengembang.
Perjuangan Bovlen bersama rekannya, Sersan Kepala Oo Sudarna, tak sia-sia. Sejak mulai menyelam pada Ahad, 4 Januari 2015, mereka menjadi penyelam pertama TNI AL yang menemukan ekor pesawat Air Asia QZ8501 pada Rabu, 7 Januari 2015. (Baca: Surveyor Temukan Obyek Mirip Sayap Air Asia)
"Saya senang sekaligus terharu karena kami dari Indonesia yang pertama menemukannya," ujar Bovlen, Kamis, 8 Januari 2015. Ketika puing yang saat itu masih diduga ekor pesawat Air Asia, Bovlen dan Oo berada di dasar laut selama 17 menit. Mereka bertugas mengambil foto puing pesawat dan mengikat sensor penanda dasar laut (beaken). (Baca: Kisah Penyelam Belut pada Pencarian Air Asia)
Kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 membuat berbagai pihak turun tangan untuk melakukan pencarian. Belasan KRI angkat sauh untuk membantu, termasuk juga bantuan dari Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan Singapura. (Baca: Keluarga Jadi Korban Air Asia, Ibu Tak Diberi Tahu)
Namun uluran tangan asing justru ditanggapi sinis Bovlen. Dia merasa pemerintah mengandalkan tenaga asing terlalu cepat. Padahal, menurut Bovlen, TNI AL juga mempunyai penyelam tak kalah tangguh. Bovlen dan Oo telah mencecap pengalaman menyelam di berbagai belahan dunia, seperti di Kamboja dan Libanon. (Baca: Perjanjian Pranikah Korban Air Asia Susahkan Risma)
Karena itu, selain tujuan kemanusiaan, Bovlen merasa misi menemukan puing Air Asia ini adalah ajang pembuktian bahwa TNI AL dapat diandalkan. Setelah dipastikan puing yang ditemukan Bovlen dan Oo adalah ekor pesawat, mereka punya tugas baru. (Baca: Balon buat Ekor Air Asia Pernah Angkat Tank 15 Ton)
Bovlen dan Oo kembali masuk ke dasar laut guna penyelaman lanjutan. Misi kali ini adalah mengambil sampel puing, mengukur dimensi, dan membawa kotak hitam. Selain Bovlen dan Oo, empat penyelam lain turut serta dalam misi ini. Mereka adalah Sersan Anjar Nursulistiono, Kelasi Kepala Edi Susanto, Kopral Dua Kaspidi, dan Kopral Dua Pati Prakawanta. (Baca: Mubazir, 2 Kapal Jepang Tinggalkan Lokasi Air Asia)
Mereka siap mengapungkan puing ekor pesawat Air Asia QZ8501. Pada tahap ini, penyelam harus memasang floating boat di setiap sisi agar pesawat terangkat ke permukaan. Tentu bukan pekerjaan mudah. Para penyelam hanya dibekali dua tabung oksigen dengan estimasi waktu sekitar 30 menit dan harus bertahan dari arus bawah laut yang sulit diterka. "Kami bekerja ekstra militan. Kami tidak mau kalah dengan negara lain," ucap Bovlen. (Baca juga: Begini Skenario Pengangkatan Ekor Air Asia)
ROBBY IRFANY
Topik terhangat:
AirAsia | Banjir | Natal dan Tahun Baru | ISIS | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Interupsi Khotbah Jumat, FPI: Itu Kurang Beradab
Heboh, Dosen IAIN Ajak Mahasiswa Belajar di Gereja
Soal Charlie Hebdo, Ini Kata Penulis Ayat Setan
'PNS Seksi' di Kota Bekasi Ditegur