TEMPO.CO, Pangkalan Bun - Kapal riset Baruna Jaya I tengah mengidentifikasi sinyal "ping" yang diduga berasal dari kotak hitam pesawat Air Asia QZ8501, yang jatuh di perairan Teluk Kumai, Kalimantan Tengah, Ahad, 18 Desember 2014.
Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bidang Teknologi dan Pengembangan Sumber Daya Alam Ridwan Djamaluddin dalam keterangannya di Teluk Kumai, Ahad, 11 Januari 2015, mengatakan asal sinyal tersebut berada sekitar empat kilometer dari area penemuan ekor pesawat Air Asia QZ8501.
Ia menduga kuat obyek tersebut adalah kotak hitam yang tengah menjadi fokus pencarian tim SAR gabungan. Saat ini, ada tiga kapal survei yang dikoordinasikan Basarnas yang tengah melakukan verifikasi terhadap obyek yang diduga kotak hitam tersebut.
"Mudah-mudahan tidak salah. Karena tiga alat dari tiga kapal, ketika memanggil, ping-nya menjawab dari kotak hitam," katanya.
Sementara itu, Penanggung Jawab Pusat Komando dan Pengendalian Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Operasi Baruna Jaya I BPPT Imam Mudita mengatakan obyek tersebut berada sekitar 4,5 kilometer dari lokasi ditemukannya ekor pesawat Air Asia QZ8501.
"Frekuensi kotak hitam 37,5 khz, terus kita dengarkan dan dipantau koordinatnya," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama S.B. Supriyadi mengatakan kotak hitam yang menyimpan flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) dari pesawat Air Asia QZ8501 diduga telah terpisah dari ekor pesawat.
"(Kotak hitam) tidak ada (di ekor pesawat). Jadi kemungkinan sudah berpisah dengan ekornya," katanya.
ANTARA
Berita Terkait:
Jonan: Pencarian Black Box Air Asia Bukan Utama
Jokowi Tunjuk Budi Gunawan Cepat, Mengapa?
aya Hidup Budi Gunawan Jadi Perhatian