TEMPO.CO, Jakarta -Lipit menjadi penanda desain karya Felicia Budi, 29 tahun. Direktur Kreatif sekaligus pemilik label Fbudi ini memang kerap bermain dengan aksen-aksen lipit dalam karya-karyanya. Lulusan desain mode dan pemotongan pola London College of Fashion ini belakangan juga menuangkan teknik itu pada material yang terdengar sedikit mustahil untuk dijadikan pakaian. Dalam koleksi yang bertajuk “Persegi”—dan diperagakan pada Jakarta Fashion Week 2015—Feli menampilkan pakaian berbahan dasar kertas. (Baca: Koleksi Nakal Monstore Buka JFW 2015)
“Kami sudah uji coba, dan kertas ini bisa dicuci,” kata Felicia kepada Tempo, beberapa pekan lalu. Saat disentuh, material berwarna putih—dan beberapa berwarna biru serta kelabu—yang dipakai oleh Felicia memang terasa betul sebagai serat kertas. Hanya, kertasnya sedikit lebih tebal dibanding kertas biasa yang mudah dirobek. Kertas ini tentu bukan kertas sembarangan.
Sebenarnya, bahan bernama tyvek yang digunakan oleh Felicia bukanlah kertas yang berasal dari kayu. Bahan ini merupakan jenis serat plastik. Teksturnya memang menyerupai kertas dan tahan terhadap terjangan air. Itu sebabnya, bahan ini banyak digunakan sebagai kertas pelapis pada bangunan lantaran kekuatannya, ataupun sebagai pakaian penutup pelindung sinar radioaktif. (Baca: Busana Muslim Kasual Up2Date, Inspirasi dari Jepang)
Felicia mengubah tyvek itu menjadi berbagai macam lipit, termasuk dengan teknik origami. Rasanya seperti melihat hasil karya iseng para siswa sekolah dasar atau menengah saat sedang bermain kertas yang dirobek dari buku tulis mereka. Ada bentuk yang menyerupai ronce, ada juga bentuk yang mengikuti tema koleksi itu, yaitu persegi.
“Saya ingin mengeksplorasi material tyvek dalam mode dan hubungannya antara desain struktural dan organik,” ujar Felicia. Bentuk geometri yang diambil sebagai tema utama dari koleksi ini, katanya, membantunya untuk membuat pakaian yang tidak terlalu minimalis tapi tetap sederhana. “Ini juga mengurangi limbah seminim mungkin.”
Menurut dia, karena menggunakan tyvek, beberapa pakaian rancangannya bahkan bisa dilipat kecil. “Jadi, tidak ribet kalau mau dibawa bepergian,” ujar desainer yang pernah magang di rumah mode ISSA London dan BIN House ini. Felicia juga menunjukkan seberapa jauh pakaiannya bisa dilipat. Beberapa blus yang dilipat dengan teknik origami bahkan bisa dilipat hingga seukuran telapak tangan. (Baca: Obin: Jokowi Gaungkan Kemeja Putih)
Selain tyvek, Felicia menggunakan organza yang dilipit kecil-kecil dengan teknik lipit pisau. Sebagian bahan organza yang dilipit itu digunakan sebagai aplikasi pada pakaian rancangannya. Atau bahkan ditampilkan sebagai kerudung penutup kepala.
Saat ditampilkan di panggung, baju-baju karya Felicia memang berbunyi kresek-kresek, persis seperti kertas. Namun aksen lipit dari bahan organza, ataupun detail kertas berbentuk persegi yang ditumpuk, memberikan sedikit kelenturan pada bahan tyvek yang terkesan keras.
Lewat koleksinya, Felicia mencoba menunjukkan bentuk-bentuk pakaian yang bisa saja digunakan di masa depan. Hanya, ada satu kekurangan dari bahan tyvek, yaitu terlihat sangat kusut. Mirip seperti bahan parasut yang banyak digunakan sebagai jas hujan anti-air. (Baca: Senayan City Gelar Fashion Nation 2014)
SUBKHAN
Berita Terpopuler
re:ON Luncurkan Kompilasi Komik Volume 11
Kekurangan Vitamin D Picu Resiko Bayi Prematur
Tren Kuliner 2015