TEMPO.CO, Kabul - Ratusan warga di Afganistan selatan unjuk rasa memuji penembakan di kantor media satire Prancis, Charlie Hebdo, yang menewaskan 12 orang. "Massa menyebut dua orang bersenjata yang melakukan penembakan itu sebagai "pahlawan" karena menghukum pembuat kartun yang tidak menghormati Nabi Muhammad," kata para pejabat di Provinsi Uruzgan, Afganistan, Sabtu 9 Januari 2015, soal rally itu.
Para demonstran juga memprotes sikap Presiden Afganistan Ashraf Ghani yang mengecam serangan berdarah di Prancis itu.
Unjuk rasa dilakukan setelah jemaah selesai salat Jumat di sebuah masjid lokal di Distrik Chora. "Para pengunjuk rasa menyerukan para penyerang itu pahlawan dan meneriakkan bahwa mereka yang mengejek Nabi Muhammad dihukum," kata kepala polisi Chora, Abdul Qawi.
Kepala Polisi Provinsi Uruzgan Matiullah Khan mengatakan polisi telah diberi tahu sebelum demonstrasi digelar. Di negara ini, unjuk rasa adalah bagian dari kebebasan berbicara yang dilindungi konstitusi Afganistan. "Polisi menyediakan pengamanan dengan baik dan demonstrasi itu berlangsung damai," katanya.
Presiden Afganistan Ghani mengeluarkan kecaman sehari setelah ada kabar serangan terhadap Charlie Hebdo dan mengatakan, "Tidak ada pembenaran untuk tindakan brutal ini."
Afganistan tetap menjadi masyarakat muslim yang sangat konservatif, meski lebih dari 13 tahun setelah rezim Islam garis keras Taliban digulingkan oleh pasukan koalisi yang dipimpin AS. Taliban digulingkan karena dianggap melindungi pemimpin Al-Qaeda, yang oleh AS dituduh sebagai dalang serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Tujuh pekerja PBB tewas dalam protes yang berkobar di Afganistan selama tiga hari pada April 2011, setelah seorang pendeta AS dikabarkan membakar Al-Quran di Florida.
Kecaman terhadap penyerangan Charlie Hebdo juga disampaikan warga Afganistan. "Sebagai solidaritas untuk warga Prancis, kami mengutuk serangan biadab pada #CharlieHebdo," kicau seorang warga Afganistan di Twitter. "Terorisme tidak memiliki ras, agama, atau negara. Terorisme adalah musuh semua orang," cuit warga Afganistan lainnya.
REUTERS | ABDUL MANAN
Berita Lainnya
Kartun Muhammad Dicetak Ulang, Surat Kabar Diteror
AS Akan Tutup 15 Pangkalan Militernya di Eropa
Rusia Larang Gay dan Lesbian Mendapat SIM
Obama Tunjuk Cohen Sebagai Wakil Direktur CIA
Teroris di Supermarket Paris Terlibat ISIS