TEMPO.CO, Jakarta - Fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat, kecuali Gerindra, akan menyetujui penunjukan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Kepolisian RI. Persetujuan atas usulan Presiden Joko Widodo ini mencuat di tengah kontroversi kepemilikan rekening sebesar Rp 22 miliar oleh Budi.
Sejumlah politikus di Komisi Hukum DPR tak mempersoalkan pencalonan Budi Gunawan, meski sebagian dari mereka akan mempertanyakan transaksi jumbo itu saat uji kelayakan dan kepatutan. "Beri kesempatan Budi Gunawan menjelaskan pada forum fit and proper test," kata politikus PDI Perjuangan, Pramono Anung, di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin 12 Januari 2015. (Baca:
Budi Gunawan Bikin Gedung Mabes Pakai Duit Sendiri)
Partai-partai pendukung Presiden Jokowi sepakat mendukung usulan itu. Sekretaris Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR, Jazilul Fawaid, mengatakan partainya mendukung penunjukan Budi Gunawan, dan berharap publik memberikan penilaian kepada Kapolri yang baru. "Tapi jangan sampai melakukan pembunuhan karakter," katanya. (Baca: Budi Gunawan Diprotes, Apa Kata Istana?)
Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Hazrul Azwar mengatakan telah menginstruksikan anggotanya di Komisi Hukum untuk mendukung pencalonan Budi Gunawan. Hanura dan Partai NasDem juga mendukung pilihan Presiden. (Baca: Pilih Budi Gunawan, Jokowi Ingin Berterima Kasih)
Di kubu pendukung Prabowo Subianto, hanya Gerindra yang menyatakan menolak. Partai Amanat Nasional belum mengambil keputusan, sedangkan Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, dan Golkar bakal mendukung Budi Gunawan. (Baca: Budi Gunawan Bukan Juara, Siapa Peraih Adhi Makayasa 83?)
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua mengatakan penunjukan Kepala Polri merupakan hak Presiden dan Demokrat menghormati pilihan itu. "Nanti lihat dalam uji kelayakan dan kepatutan," kata Max. (Baca: Jokowi Panggil Kompolnas, Evaluasi Budi Gunawan?)
Sekretaris Fraksi Golkar Bambang Soesatyo juga tak mempermasalahkan pencalonan Budi Gunawan. "Calon yang diajukan Jokowi ini telah memenuhi kualifikasi sebagai Kapolri," kata dia.
Wakil Ketua Komisi Hukum dari PAN, Muhfachri Harahap, mengatakan fraksinya belum menentukan keputusan. "Belum ada pembicaraan khusus tentang pencalonan itu," katanya.
Anggota Komisi Hukum dari Fraksi Gerindra, Martin Hutabarat, memprediksi langkah Komisaris Jenderal Budi Gunawan mulus. "Kemungkinan yang menolak itu Gerindra," kata Martin. (Baca juga: Petisi Kapolri II, ICW Minta Jokowi Bijaksana)
Nama Budi pernah menjadi sorotan pada 2010 bersama 20 perwira tinggi Polri lainnya karena memiliki transaksi besar yang tak wajar. Satu contoh transaksi yang mencurigakan dari Budi adalah aliran dana Rp 1,5 miliar dari perusahaan pengembang, PT Masindo Lintas Pratama, ke rekening anak Budi, Herviano Widyatama, pada November 2006.
Indonesian Corruption Watch (ICW) mempermasalahkan pencalonan Budi lantaran adanya transaksi tak wajar ini. Apalagi Presiden tak melibatkan lembaga yang berwenang menelisik, seperti Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) serta Komisi Pemberantasan Korupsi. "Kalau bersih, kenapa risi," kata Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan ICW, Emerson Yuntho.
Anggota Komisi Hukum DPR, Nasir Djamil, menyatakan Komisi Hukum bisa memanggil PPATK untuk mengklarifikasi transaksi itu. Politikus PKS ini menduga transaksi Budi sudah ditelisik. Namun ia tak memastikan Komisi Hukum memanggil PPATK.
Presiden Jokowi enggan mengomentari soal pelibatan KPK dan PPPATK. "Nanti kalau saya jawab, larinya ke tempat lain," kata dia. Adapun Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian Komisaris Jenderal Budi Gunawan mengaku sibuk ketika Tempo mencoba meminta konfirmasi melalui nomor ponselnya. "Maaf, saya lagi rapat," ucap Budi.
FRANSISCO R | ISTMAN | MITRA | WAYAN | DEWI SUCI R | MUHYIDDIN F | PRU
Topik terhangat:
AirAsia | Calon Kapolri | Charlie Hebdo | Menteri Jonan | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Anggota TNI Foto Narsis di Puing Air Asia Dikecam
Balas Murdoch, JK Rowling Bela Muslim di Twitter
Kesaksian Teman Mahar Laskar Pelangi Sebelum Tewas